RADAR NONSTOP - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta kepada industri pembiayaan dan multifinance atau leasing tidak memakai jasa debt collector. Hal ini terkait mewabahnya Corona.
Aturan OJK ini disambut para driver ojek online (ojol). "Semoga saja kita telat bayar motor tidak ditarik," ungkap Hamid, ojol yang sedang mangkal di Kalideres, Jakbar, Sabtu (21/3).
Bapak dua ini mengaku, sejak Corona penumpang ojol sepi. "Wah sepi mas, mana kredit motor belum bayar," keluhnya.
BERITA TERKAIT :Pernah Narik Ojol, Ini Tips Wamenaker Agar Driver Dapat Sewa Berlimpah
Begini Cara Hadapai Peneror Pinjol, Ganti No HP Atau Lapor OJK
Sandi, ojol yang sedang mangkal di Stasiun Gambir, Jakpus juga menyambut gembira aturan OJK. "Ini bikin kita nafas saat sewa sepi karena Corona," ucapnya.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan khusus di sektor perbankan regulator sudah menerapkan satu saja dari tiga pilar yang menjadi parameter kolektabilitas kredit.
Dari tiga pilar, yakni prospek usaha, kinerja debitur, dan kemampuan bayar debitur, OJK hanya memasukkan ketepatan dalam membayar angsuran sehingga dua pilar lain untuk sementara waktu diabaikan.
"Sehingga kami dari OJK beri kemudahan bagi pengusaha untuk bisa relaksasi dalam perhitungan non performing, yang tadinya tiga pilar menjadi satu pilar yaitu ketepatan pembayaran. Prospek usaha dan kondisi debitur kita abaikan sementara kita perhitungkan selama satu tahun, sehingga nanti hanya ketepatan pembayaran saja," kata Wimboh di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (20/3/2020).
Selain perbankan, fleksibilitas itu akan diterapkan juga di industri pembiayaan. "Perluasan [relaksasi dan fleksibilitas kredit] ini, seperti tadi bapak Menko Perekonomian [Airlangga Hartarto] sudah sampaikan, akan kami perluas bukan hanya kredit perbankan tapi juga lembaga pembiayaan," kata Wimboh.
"Tolong ini dilakukan hal sama. Jangan gunakan penagihan menggunakan debt collector. Setop dulu. Dan ini tentunya selama lanjutkan pembayaran pokok plus bunga ini gimana sektor ini bisa tetap bertahan. Itu garis besar bagaimana mendukung upaya pemerintah agar sektor usaha bertahan sambil menunggu bagaimana COVID-19 ini bisa selesai dampaknya dan diminimalisir," jelas Wimboh.
Menurut Wimboh, pada intinya banyak sekali sektor yang berdampak secara langsung dari corona, terutama sektor pariwisata, transportasi, dan sektor lainnya seperti hotel.
"Ini sudah ada beberapa sektor langsung tapi juga sektor yang tidak langsung [berdampak]. Kebijakan kita di sektor keuangan untuk pengusaha ini bisa bertahan. Jangan sampai ambruk dan menimbulkan layoff (PJK)."
Wimboh menjelaskan plafon kredit sampai dengan Rp 10 miliar dan lebih dari Rp 10 miliar bisa langsung ajukan restrukturisasi untuk kategori menjadi lancar sehingga pengusaha bisa dimudahkan.
"Kami juga perbolehkan di bawah Rp10 miliar termasuk UMKM dan KUR itu boleh restructuring dengan permintaan untuk membayar bunga atau pokok atau bunga plus pokok sampai paling lama satu tahun. Kalau nasabah bisa kurang dari satu tahun silahkan. Kalau memang perlu satu tahun silahkan."
"Kita kasih fleksibilitas kepada bank. Dan untuk UMKM dan KUR silahkan boleh direstrukturisasi dengan permintaan pembayaran bunga plus pokok. Dan ini mudah-mudahan sektor langsung maupun tidak langsung dan akhirnya kalau tidak kita tandai fasilitas kredit mati, ini jadi bisa hidup, bertahan. Mudah-mudahan satu tahun sudah kembali normal.