RADAR NONSTOP - Jumlah pasien virus corona terus bertambah. Data terbaru, hingga Rabu (25/3/2020) tercatat ada 790 orang dinyatakan terinfeksi Covid -19 tersebut.
Dari jumlah itu, sebanyak 58 meninggal dunia, sementara yang dinyatakan sembuh 31 orang. Secara persentase 7,34 pasien yang terinfeksi virus asal Wuhan itu ke kuburan daripada pulang ke rumah.
Angka tersebut juga menunjukkan tingkat kematian akibat terinfeksi virus corona di Indonesia paling tinggi di Asia Tenggara atau rata - rata angka kematian global. Indonesia hanya kalah dari Italia (Eropa).
BERITA TERKAIT :Lawrence Wong Kena COVID-19, Yang MMau Liburan Ke Singapura Waspada
Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor
Angka kematian di Indonesia lebih tinggi dibandingkan angka kematian secara global. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) per Rabu (25/2). Angka kematian berada di angka 18.440 dari total 414.179 kasus (4,45 persen) secara global.
Dilansir dari laman ccnindonesia, angka kematian di Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan angka kematian rata-rata di Asia Tenggara. Dari 2.344 kasus terkonfirmasi, angka kematian berada di 72 kasus, atau setara 3,07 persen.
Angka kematian tertinggi masih dicatat oleh Italia dengan angka 6.077 kematian dari 63.927 kasus corona atau sekitar 9,51 persen.
Sebelumnya, Peneliti Bidang Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra mengatakan jumlah penderita bisa jadi lebih tinggi karena belum diketahui secara pasti orang yang terinfeksi virus corona.
Sugiyono mengatakan banyak kasus corona yang belum menimbulkan gejala atau tanpa gejala (presimtomatik dan asimtomatik) atau memiliki gejala ringan yang tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi.
"Angka tersebut adalah angka perkiraan, yang mengartikan bahwa sebetulnya pada kondisi yang sebenarnya, bisa jadi jumlah penderita yang sebenarnya lebih banyak dan bisa jadi pula kasus kematian yang disebabkan oleh Covid-19 saja jumlahnya lebih sedikit," kata Sugiyono seperti dipublikasi laman cnnindonesia, Selasa (24/3).
Sugiyono menyarankan pemerintah melakukan pengujian masif yang menjangkau banyak orang, seperti yang dilakukan Korea Selatan, Jerman dan Amerika Serikat. Seperti diketahui, dalam lansiran yang disampaikan Kemenkes RI, total spesimen yang baru dites oleh Kemenkes hanya sebanyak 3.332 spesimen.
Seperti diketahui, dalam beberapa terakhir ini telah ada 125 ribu alat tes cepat (rapid test) yang telah didistribusikan ke 34 provinsi.
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto menyebut yang masuk prioritas untuk tes adalah orang yang sempat melakukan kontak dengan kasus positif, kemudian petugas kesehatan yang terlibat dalam penanganan Covid-19.
Jika alat tes cepat yang datang kembali sudah cukup banyak, ia menyebut tes akan dilakukan berbasis kewilayahan.