RADAR NONSTOP - Kerajaan Arab Saudi menjemput warganya seiring pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta mulai 10 April 2020. Kampung Arab Puncak Sepi?
Negeri kaya minyak itu mengerahkan pesawat Saudi Arabian Airlines untuk membawa pulang 250 warganya dari Jakarta.
Otoritas Umum Penerbangan Sipil (GACA) Arab Saudi mengatakan, penerbangan evakuasi itu telah tiba. “Kami telah menerima 250 penumpang pertama dari Jakarta. Ini adalah satu dari beberapa tahap untuk membawa warga Saudi kembali,” ujar Ibrahim Al-Rosa selaku juru bicara GACA.
BERITA TERKAIT :Karier Legenda Liverpool Suram
Roberto Mancini Terima Pesangon Ratusan Miliar
Arab Saudi juga mengirim misi penerbangan repatriasi untuk membawa pulang 200 warganya dari Bahrain pada Rabu lalu (8/4). Sebelumnya ada 790 warga Arab Saudi yang telantar di Bahrain seiring merebaknya wabah virus corona.
Sebagian dari mereka telah dipulangkan menggunakan bus melalui King Fahd Causeway yang menghubungkan Arab Saudi dengan Bahrain. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga telah meluncurkan layanan daring bagi warganya yang minta dijemput dari luar negeri.
Ibrahim menambahkan, GACA telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Parisiwata Arab Saudi untuk mengatur penerbangan evakuasi tersebut. Pihak berwenang Arab Saudi juga telah mendirikan pusat operasi bersama yang bekerja selama 24 jam untuk memantau proses pemulangan warganya.
Kini ada tiga bandara di Arab Saudi yang disiapkan untuk menyambut penerbangan repatriasi itu, yakni King Khalid International Airport di Riyadh, King Abdul Aziz International Airport di Jeddah, serta King Fahd International Airport di Dammam. Ketiga bandara itu akan melayani penerbangan repatriasi dari Jakarta, Washington, DC, Kuala Lumpur, Mauritius, Muscat, London, Manila, Maladewa, Colombo dan New York.
Selanjutnya, warga Arab Saudi yang kembali masuk ke negaranya akan langsung menjalani protokol COVID-19. Untuk mencegah virus corona, Arab Saudi memberlakukan 12 jenis pemeriksaan dalam tiga tahap.
Untuk tahap pertama adalah pemeriksaan sebelum masuk ke pesawat. “Kedua di dalam pesawat dan yang terakhir saat kedatangan di mana mereka akan menjalani pemeriksaan suhu sebelum karantina selama 14 hari,” kata Ibrahim.
Kampung Arab Puncak Bogor
Nama asli kampung itu sendiri, yakni Kampung Sampay, satu dari tiga kampung di Desa Tugu Selatan, satu kilometer di atas Taman Safari, Cisarua, Bogor.
Kawasan itu, ada juga yang menyebutnya sebagai Warung Kaleng karena banyak toko yang atapnya berbahan seng. Jika Anda berpatokan dari Jakarta, jarak menuju kampung ini sekitar 84 kilometer.
Tapi, kalau Anda bertanya kepada penduduk sekitar tentang Kampung Arab, mereka tampak terbengong-bengong. Satu atau dua orang yang tiba-tiba memahami arah pertanyaan akan menjawab:, “Maksudnya Warung Kaleng?”
Benar, nama Warung Kaleng lebih dikenal dari Kampung Sampay atau Kampung Arab. Bahkan, dikenal bukan saja oleh warga setempat, tapi juga sopir taksi di Bandara Soekarno-Hatta.
Masuklah ke sembarang taksi, lalu sebut Warung Kaleng, dijamin Anda akan sampai ke Desa Sampay, Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Bogor.
Warung Kaleng sebenarnya adalah sepotong Jalan Jakarta-Puncak di kilometer 84, tak lebih dari 50 meter panjangnya. Di kanan-kiri jalan, berjajar 30-an warung.
Ini yang unik, papan-papan nama warung itu bukan hanya berhuruf latin dengan kata-kata bahasa Indonesia, tapi juga (bahkan ada yang hanya) papan nama berhuruf Arab, dari wartel sampai toko roti, dari toko kelontong sampai rumah makan. Dan yang juga khas dibandingkan kampung lain, di sini banyak terlihat warga bertampang Timur Tengah.
Kampung ini, terletak di Kecamatan Cisarua. Kawasan tersebut dipenuhi tempat hiburan dan penginapan. Ada yang berbentuk penginapan biasa, vila, kafe atau hotel.
Namun, ada dua desa yang menjadi primadona wisatawan, terutama turis dari Arab Saudi dan negara Timur Tengah lainnya, yakni Tugu Utara dan Tugu Selatan. Tak mengherankan, jika di jalanan di dua desa tersebut bertebaran tulisan dalam huruf Arab di sana-sini.
Nama-nama atau plang papan nama usaha di sana kebanyakan ditulis dalam huruf Arab dan dipasang di kaca atau pintu. Warga di dua desa tersebut, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, juga sangat fasih berbahasa Arab.
Mungkin, dua desa itu bisa disebut: “Little Town Arabian”.
Suasana Arab sangat kental terasa di Tugu Selatan. “Di Tugu Selatan sekarang ada 5 hotel, 2 tempat rekreasi, 344 vila, dan 4 restoran,” kata Sekretaris Desa Tugu Selatan, Baini, ketika ditemui di kantornya.
Cobalah berkunjung kampung Ciburial dan Warung Kaleng Cisarua. Anda akan melihat banyak toko-toko bernuansa Timur Tengah. Usaha di sini, tumbuh dan berkembang memanjakan turis Timur Tengah yang biasa disebut ‘orang Arab’ oleh penduduk lokal.
Desa ini, pada Mei-Juni akan menjadi Kampung Arab dengan segala gaya berlibur turis Timur Tengah.
Para turis Arab itu biasanya menyewa vila atau hotel di wilayah Ciburial dan Warung Kaleng di sekitaran Cisarua. Kedua daerah tersebut memang langganan orang Arab untuk memanjakan diri.
Selain itu, mereka pun mudah untuk mendapatkan hidangan makanan yang cocok dengan lidah mereka. Sebab, sepanjang jalan Cisarua banyak berdiri restoran Arab dengan harga terjangkau.
Restoran tersebut menjadi tempat nongkrong turis Arab. Keramaian orang Arab akan terlihat pada malam hari. Mereka betah berkumpul berjam-jam dengan para koleganya dengan nyaman.
Bagi warga lokal yang datang ke restoran Arab sedikit merasa aneh. Meski harganya cocok, suasana dan para pengunjung yang didominasi orang Arab akan membuat tak ingin lama-lama duduk di sofa khas Timur Tengah yang empuk.
“Memang di sini kebanyakan untuk turis Arab. Kalau lokal jarang yang nongkrong di sini. Kurang nyaman mungkin,” kata seorang pelayan di restoran Kebab tersebut.
Dalam restoran tidak ada minuman beralkohol. Para turis Arab biasanya mengincar sisha atau rokok khas Timur Tengah untuk memanjakan diri. Tentu diselingi makanan dan minuman khas Arab juga.
Tidak hanya makanan, acara televisi pada restoran juga berbahasa Arab. Bahkan, kasir pada restoran itu merupakan orang Arab. Keberadaannya tentu makin membuat pengunjung khususnya turis Arab lebih mudah mendapat informasi mengenai sajian pada restoran itu.
Selain restoran, minimarket dan kantor agen travel juga didominasi nuansa Timur Tengah. Kebanyakan di antara mereka memakai dua bahasa, bahasa Indonesia dan Arab.
Para pengusaha itu mengincar orang Arab agar mendatangi usahanya dan menerima fulus. Sebab, hanya segelintir warga Timur Tengah itu yang bisa memakai bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.