Sabtu,  23 November 2024

Didi Kempot, Dari Pengamen Hingga Julukan The Godfather of Broken Heart

NS/RN
Didi Kempot, Dari Pengamen Hingga Julukan The Godfather of Broken Heart
Ilustrasi

RADAR NONSTOP - Didi Kempot dikenal sebagai The Godfather of Broken Heart, belum lama Didi Kempot menyandang status itu. Kini Didi Kempot meninggal dunia.

Penyanyi kharismatik ini wafat di Rumah Sakit Kasih Ibu, Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5) pagi. Selama hidup ia dikenal sebagai penyanyi campursari. 

The Godfather of Broken Heart atau bapak patah hati diberikan kepada Didi karena lagu-lagunya mayoritas bertema kesengsaraan cinta. Misalnya lagu Pamer Bojo yang tenar akhir-akhir ini dan membuatnya banjir undangan tampil di sejumlah stasiun televisi dan acara musik, meskipun usianya tak muda lagi.

BERITA TERKAIT :
Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, Bupati Pulau Seribu Wafat Di Ruang Kerja 
Ekonom Kritis Wafat, Selamat Jalan Faisal Basri

Namun, Didi bukanlah penyanyi yang tergolong sebagai one hits wonder atau tenar karena satu lagu. Karier bermusiknya panjang dan puluhan lagu hits lain telah diciptakannya. Ia mengawali karier sebagai penyanyi jalanan di Solo pada 1984 atau saat usianya 18 tahun selama lebih kurang dua tahun. 

Sejak saat itu pula ia mulai aktif mencipta lagu sendiri. Pada 1987 Didi memutuskan pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib sebagai penyanyi. Ia mengirimkan versi demo lagu-lagu ciptaannya ke sejumlah label rekaman dan sempat berulang kali ditolak. 

Album perdananya resmi rilis pada 1990 adalah Cidro. Lagu Cidro terinspirasi dari kisah asmara Didi yang sempat gagal. 

Dia tak disetujui orangtua kekasihnya dan hubungannya pun mesti kandas. “Saya memang bikin lagu selalu bertema pengalaman pribadi,” kata dia dalam acara Rosi Kompas TV, awal Agustus tahun lalu. 

Lahir dari Keluarga Seniman Ketekunan Didi di jalur seni musik tak lepas dari latar belakangnya yang tumbuh dan besar dari keluarga seniman. Ayahnya, Ranto Edi Gudel adalah seniman ketoprak atau drama Jawa terkenal di Solo dan biasa dikenal sebagai Mbah Ranto. 

Didi belajar menembang Jawa dan bermain musik dari melihat pentas ayahnya. Ia pun mencoba memainkan gamelan yang ada di rumahnya berikut alat musik lainnya. 

Dari sini lah bakat musiknya mulai terlihat dan mendapat dukungan dari bapaknya. Di keluarga Didi, kakaknya yang bernama Mamiek Prakoso juga berprofesi sebagai seniman. 

Mamiek tenar bersama grup lawak Srimulat asal Surabaya. Dalam grup ini Mamiek sering beradu adegan dengan Nunung, Gogon, Doyok, dan Kadir.

Ciri khas dari Mamiek adalah sedikit warna emas di sisi kanan dan kiri rambutnya. Didi menyatakan, Mamiek lah yang hampir selalu menjadi pendengar pertama dari lagu-lagu yang diciptakannya. 

Misalnya lagu Pantai Klayar yang menurutnya mendapat pujian dari Mamiek. “Mamiek sering memuji saya, ‘wah lagumu bagus.’. Kasih dukungan terus. Sampai saya tua pun terus memberikan dukungan,” kata Didi kepada CNNIndonesia, 27 Juli tahun lalu.