RN - Babeh. Begitu biasa orang memanggil almarhum Ridwan Saidi.
Babeh dikenal sebagai tokoh kritis yang menginspirasi para aktivis di Indonesia pada era sebelum Reformasi. Ia dikenal sangat vokal melontarkan kritik terhadap pemerintahan Presiden Soeharto.
Bahkan, Babeh juga kerap mengkritik pemerintahan dari era Megawati, SBY hingga Jokowi saat ini.
BERITA TERKAIT :Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, Bupati Pulau Seribu Wafat Di Ruang Kerja
Ekonom Kritis Wafat, Selamat Jalan Faisal Basri
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD, mengungkapkan kekagumannya kepada Ridwan Saidi. Pria yang dikenal sebagai budayawan itu populer karena keberaniannya dan suaranya yang sangat vokal untuk mengkritisi pemerintah.
"Pertengahan 1980-an Bang Ridwan sangat menginspirasi para aktivis karena sebagai anggota DPR, dia sangat vokal. Berani mengritik keras Pemerintahan Suharto dan Golkar," tulis Mahfud di akun Twitternya, Minggu (25/12/2022).
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengenal Ridwan Saidi sebagai budayawan yang kritis karena selalu berbasis data saat berargumentasi.
"Innalillah wa innailaihi raji'un, selamat jalan Bang Ridwan Saidi. Budayawan yang kritis dengan argumentasi berbasis data," kata Mahfud.
Seperti diketahui, Budayawan Betawi dan pemerhati sosial Ridwan Saidi meninggal dunia hari ini, Minggu (25/12/2022), pukul 08:35 WIB di RSPI Bintaro Tangerang Selatan.
Babeh dimakamkan di TPU Karet Bivak di dekat makam Seniman Chairil Anwar di blok AA petak 0243. Pemakamannya dihadiri sejumlah tokoh nasional dan politisi. Di antaranya, mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Manteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, dan politisi Partai Gerindra Fadli Zon.
Adapun, Ridwan merupakan salah satu budayawan dan intelektual Islam kondang yang kerap malang-melintang di media televisi, terutama dalam diskusi terkait topik politik dan sejarah.
Pria kelahiran di Jakarta, 2 Juli 1942 yang menempuh pendidikan di Fakultas Hukum dan Ilmu Kemasyarakatan (sekarang FISIP) Universitas Indonesia (UI) 1963-1976 ini juga dikenal sebagai penulis buku, terutama bertema sejarah terkait Ibu Kota. Antara lain, seperti Golkar Pascapemilu 1992 (1993), Profil orang betawi: asal muasal, kebudayaan dan adat istiadat (1997), Kepemimpinan politik Betawi di Daerah Jakarta 1942-1957 dan akar kebudayaannya (2010), sampai Kronologi Kedatangan Islam di Indonesia (2018).
Babe ini juga memiliki jejak di dunia politik, terutama sejak terjun menjadi Sekretaris Jendral Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara pada 1973-1975 dan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 1974-1976. Babe pun sempat menjadi Anggota DPR RI Fraksi Partai Persatuan Pembangunan pada 1977-1982 dan 1982-1987.
Selepas itu menduduki kursi Ketua Umum Partai Masyumi Baru pada 1995-2003. Pada 2003, Ridwan sempat dipercaya menjadi Ketua Steering Committee Kongres Kebudayaan. Selepas itu, Ridwan juga sempat menjadi Ketua Komite Waspada Komunisme, serta menjadi Ketua dan Pendiri Yayasan Renaissance pada 2013.