RADAR NONSTOP - Tak setiap rancangan undang-undang di Parlemen DPR RI mendapat penolakan dan sorotan luas dari masyarakat.
Namun, Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) begitu memicu gelombang penolakan.
Bahkan, keberadaan RUU tersebut telah membuat banyak pihak marah, termasuk para purnawirawan. Tudingan mereka terhadap RUU ini beragam, dari mulai yang spekulatif seperti isu membangkitkan komunisme, hingga dianggap terlalu sekuler atau bahkan tidak ada urgensinya sama sekali.
BERITA TERKAIT :DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025
PPP DKI Aja Ambruk, RIDO Bisa Kena Prank Sandiaga Uno?
Direktur Eksekutif Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3-i), Tom Pasaribu mendesak agar Lembaga DPR RI sebagai pengusul membuka ke publik siapa saja sebenarnya nama-nama anggota DPR yang mengusulkan RUU HIP tersebut.
Dengan begitu, menurut Tom, maka sumber dan kegaduhan yang terjadi di negeri ini dapat segera teratasi dengan baik.
“Siapa dan bagaimana cikal bakal serta proses disetujuinya RUU HIP tersebut hingga masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Lalu bagaimana asal usul rancangan itu bisa muncul pada masa pandemi ini? Siapa sebenarnya yang mengusulkan,?,” kata Tom kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (26/6/2020).
“Jadi, buka saja semua risalah rapat usulan RUU ini muncul di Badan Legislasi (Baleg) DPR. Dihadiri oleh siapa dan bagaimana pembahasannya,” sambung Tom.
Sebab, Tom menegaskan, polemik dan kegaduhan yang terjadi belakangan di publik hanya akan berhenti bila pihak yang menjadi inisiator RUU HIP dibuka.
“Karena mereka lah yang telah membuat masyarakat marah. Sehingga muncul spekulasi-spekulasi di publik,” katanya.
Menurut Tom, nantinya Anggota DPR yang mengusulkan RUU HIP harus menerangkan ke publik apa sebenarnya maksud dan tujuan usul mereka. “Supaya semuanya jelas dan terang benderang, mengingat saat ini di tengah masyarakat banyak kabar beredar issu yang sangat mengganggu ketenangan masyarakat, seperti issu impeacment Presiden, issu reshuffle menteri serta issu mengganti Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara,” paparnya.
Sebab, lanjut Tom, tidak mungkin juga Ketua Umum PDIP yang juga Ketua Dewan Pembina Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri sebagai Putri Proklamator punya pemikiran merusak apa yang telah diucapkan Bung Karno untuk mendapat pengakuan kemerdekaan dari penjajah dan negara-negara di dunia.
“Saya yakin betul, Megawati sebagai Putri Bung Karno memahami kenapa Pancasila begitu sakti sehingga ketika Bung Karno mengucapkan Dasar dan Ideologi Negara Indonesia untuk merdeka Pancasila,” ungkapnya.
“Jangan sampai ada Anggota DPR yang memiliki agenda terselubung, tetapi Ibu Megawati sebagai Putri Bung Karno yang jadi korban keganasan politik,” sambung Tom mengingatkan.
Tom kemudian juga mengajak publik agar menghargai dan mengakui perjuangan Megawati dalam mendobrak kebebasan dan keluasan bernegara dengan segala konsekuinsi yang ada, karena itulah awal lahirnya Reformasi.
“Jadi, agar RUU HIP ini tidak menjadi polemik yang liar dan berkepanjangan, sebaiknya Anggota DPR yang mengusulkan segera saja diumumkan ke publik serta menerangkan maksud dan tujuan mereka. Kalau tujuan mereka rakyat sudah mengetahui akan dapat disimpulkan apakah usulan itu tepat apa tidak. Sebaliknya, kalau tidak tepat akan mudah juga kita mencari solusi yang lebih baik,” jelas Tom.
“Maka itu, kita harus hati-hati benar, sebab saat ini banyak yang mendapat posisi dan jabatan di negara kita, mengucapkan sumpah dan janji dengan Pancasila namun kesehariannya tidak sejalan dengan keberadaan Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara,” tegas dia.
Masyarakat, tambah Tom, juga jangan mudah terpancing dengan situasi beberapa hari terakhir. Sebab, saat ini bangsa Indonesia butuh kesadaran dan kebersamaan dalam menghadapi pandemi covid-19.
“Jangan kita mengorbankan keluarga dan diri sendiri terhadap sesuatu yang belum kita ketahui kepastian dari suatu tujuan yang dimaksud. Percayalah, bahwa sekuat apapun kelompok-kelompok yang berencana negatif terhadap Pancasila mereka tidak akan mampu untuk merongrong Pancasila,” paparnya.
“Karena, tidak banyak yang tau kenapa Ruh Pancasila itu kuat, dan saya meyakini situasi yang terjadi saat ini adalah sebuah proses kebangkitan Pancasila dari kealpaan bangsa ini. Salam Pancasila,” tutup Tom.