RADAR NONSTOP - Jakarta Islamic Centre (JIC) ke depan harus menjadi pusat perubahan Islam di ibu kota, nasional hingga internasional. Sebagai lembaga dakwah, JIC juga harus mampu menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat Islam.
Hal ini dikatakan ulama Jakarta yang juga Ketua Majlis Taklim AR-Rasyid Jakarta, Kyai Salim Thohir kepada wartawan di Jakarta. Menurutnya, JIC ke depan tidak lagi dikelola oleh orang yang hanya sekedar paham agama tapi harus memiliki jaringan luas dan mampu membawa perubahan.
Majlis Taklim AR-Rasyid Jakarta berdiri oleh Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) DKI Jakarta. Pengajian perdana digelar di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan di Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.
BERITA TERKAIT :Lurah Camat Gak Bisa Kerja Jangan Dipelihara, Tomud "Sentil" Anak Buah Kang Uus
Merajut Tali Silaturahmi Pasca Pesta Demokrasi
Ar Rasyid digunakan bukan semata-mata merupakan nama tengah Anies, namun juga karena nama ini termasuk Asmahul Husna, dan memiliki arti yang sangat bagus yakni Rasyid artinya cerdik.
"Jaringan secara nasional hingga internasional. Denyut dan nafas Islam di ibu kota harus menggema ke dunia internasional dan bukan acara-acara seremonial saja," ungkap Kyai Saltho sapaan akrab Salim Thohir, Rabu (1/7).
JIC menurutnya, harus mampu menjadi pusat pengembangan sumberdaya muslim, pengkajian data dan informasi serta budaya Islam di ibu kota yang bertarap internasional.
"Bukan lagi bicara sebatas hal kecil. Mampu mewujudkan pusat pengembangan lslam Jakarta sebagai landmark dengan sosok fisik yang monumental bernuansa lslami di mana masjid sebagai sentrum-nya," tukasnya.
Diketahui, dalam waktu dekat kepengurusan atau komisioner JIC baru akan dilakukan penetapan. Berdasarkan peraturan daerah (Perda) Nomor 11 Tahun 2014 tentang pusat pengkajian dan pengembangan Islam Jakarta, JIC merupakan Lembaga Pemerintah Daerah yang terdiri dari unsur Pemerintah Daerah dan masyarakat (merupakan pelaksana Pengelola JIC sebagai Badan Manajemen dan di bantu oleh Sekretariat merupakan bagian dari perangkat daerah/PNS).
AR-Rasyid Jakarta menurut Kyai Saltho juga sudah mengirim surat resmi kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar sosok seorang ketua dan pengurus (komisioner) JIC ke depan harus punya komitmen teguh dalam bekerja secara propesional dan seluruh aktivitas-nya selalu berada dalam koridor syari'ah lslam, amanah dan bertanggungjawab.
"Memiliki kapabilitas, integritas dan kredibilitas yg baik secara akademik dan wawasan keislaman serta ahlakul karimah. Harus full time afresiatif, integritas dan kredbilitas yang kuat dan propesional,solid dan handal. Lalu, berwawasan ke-islaman dan memiliki keahlian akademik serta pengembangan ekonomi umat," tambahnya.
Kyai Saltho juga meminta kepada semua pihak tidak memaksakan kehendak dan memberikan kesempatan kepada figur yang mampu menjadikan JIC sebagai motor pergerakan Islam dalam membangkitkan ekonomi ummat.
"Karena ini bukan lembaga politik, kita ingin Islam di Jakarta maju dan dikenal di dunia internasional. Dan tidak ada lagi yang hanya sekedar bikin acara seremonial. Ini wewenang gubernur dan tidak ada yang bisa menekan," tambahnya.
JIC terletak di Jalan Kramat Jaya, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara atau bekasi lokalisasi Kramat Tunggak yang digusur oleh mantan Gubernur Sutiyoso. Istilah yang populer pada saat itu yakni mengubah imej 'Haram Jadah Menjadi Sejadah'
Pada tahun 2001 Sutiyoso melakukan sebuah Forum Curah Gagasan dengan seluruh elemen masyarakat untuk mengetahui sejauh mana dukungan masyarakat terhadap sebuah perubahan yang telah dicanangkan.
Pada 24 Mei 2001 dukungan itu semakin menguat, dan gagasan untuk membangun Jakarta Islamic Centre (JIC) dikemukakan Sutiyoso kepada Prof Azzumardi Azra yang menjabat Rektor UIN Syarif Hidayatullah di New York di sela-sela kunjungannya ke PBB pada tanggal 11-18 April 2001 dan mendapatkan respon yang sangat positif.
Setelah adanya konsultasi terus menerus antara masyarakat, ulama, praktisi baik skala lokal maupun regional bahkan international akhirnya diwujudkan dalam sebuah master plan pembangunan JIC pada tahun 2002. Kemudian dalam rangka memperkuat ide dan gagasan pembangunan JIC, pada Agustus 2002 dilakukan Studi Komparasi ke Islamic Centre di Mesir, Iran, Inggris dan Prancis.