RADAR NONSTOP - Walau masih status waspada, tubuh Gunung Merapi mengembung. Ciri-ciri ini bakal membuat gunung aktif itu erupsi atau batuk-batuk.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta meminta masyarakat tetap waspada dan hati-hati. Karena adanya perubahan pada tubuh Gunung Merapi bisa menjadi indikasi akan terjadi erupsi atau tumbuh kubah lava.
"Kecepatannya sampai sekarang adalah 0,5 sentimeter per hari," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida kepada wartawan di Pos Pengamatan Gunung Api Merapi, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Rabu (8/7/2020).
BERITA TERKAIT :Gunung Merapi Batuk, Semeru Erupsi Semburan Lahar Panas
Gunung Merapi Muntah Lagi, 250 Kali Semburan Lava Panas
Hasil pantauan dan analisa BPPTKG kalau penggembungan yang terjadi masih kecil.
"Jadi penggembungannya masih kecil. Tapi kita tetap harus waspada. Artinya, sewaktu-waktu indikasi ini bisa juga akan terjadi erupsi yang seperti kemarin (21 Juni), eksplosif seperti itu atau tumbuh kubah lava. Ya ini kami pantau terus. Data-data terus kami sampaikan setiap hari, melalui berbagai media yang kami punya mengenai aktivitas Merapi saat ini," jelas Hanik.
Menurut Hanik, inflasi atau penggembungan Gunung Merapi terjadi sejak pascaletusan pada 21 Juni 2020. Kemudian mulai 22 Juni hingga saat ini penggembungan pada tubuh Gunung Merapi terus terjadi 0,5 cm per hari.
"Ini (laju penggembungan) kecil. Kalau dibandingkan pada 2020 lalu, meter hitungannya kalau 2010. Jadi bandingannya, kalau 2010 ke arah Kaliurang itu satu bulan terakhir sampai 130 sentimeter (1,3 meter) dalam waktu satu bulan. Kalau (sekarang) ini, sejak 22 Juni cuma 0,5 sentimeter per hari," terangnya.
Bahkan, gempa vulkanik Gunung Merapi masih terus terjadi, baik gempa vulkanik dalam maupun vulkanik dangkal. Tidak hanya dalam 10 hari terakhir, namun sudah dari awal Juni sebelum erupsi 21 Juni lalu.
"Gempa vulkanik ini tidak hanya dalam 10 hari terakhir sebenarnya, sudah dari awal Juni yang sebelum tanggal 21 Juni meletus itu sudah ada. Jadi ada vulkanik dalam, vulkanik dangkal. Itu memang yang sekarang ini vulkanik dangkal ada. Kemarin vulkanik dangkal ada lagi," jelas Hanik.