RADAR NONSTOP - Menjelang hari H, perolehan calon Bupati dan Wakil Bupati sudah tampak. Duet Agustinus Susanto – Rahmad Kabuli (ASLI) dengan nomor urut 1 memperoleh 39,5 persen.
Data itu terekam dari hasil survei, Suara Publik Indonesia (SPI). Lalu, Kuswanto-Kusnomo (Bung Tomo) nomor urut 2 yakni 34,3 persen. Sedangkan Agus Bastian-Yuli Hastuti (Bayu) nomor urut 24,2 persen.
"Masih ada suara sekitar kurang lebih 2 persen masyarakat yang belum menentukan. Tapi, bisa saja pergerakan suara berubah dimenit terakhir jelang pencoblosan di TPS. Karena dalam lima menit bisa berubah ketika pencoblosan," tegas Peneliti Riset dan Data SPI, YN Rizal kepada wartawan di Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (8/12).
BERITA TERKAIT :Pramono Jangan Mau Dikibuli, Para Pemburu Jabatan Jago Klaim Dan Pasang Boneka
Fauzi Bowo Beserta Masyarakat Yakin Pramdoel Akan Jadi Pemimpin Jakarta
Berdasarkan data SPI menyebutkan ASLI yang diusung PDIP, Gerindra dan PAN terdongkrak karena kekuatan mesin partai dan sosok Agustinus Susanto yang gemar blusukan dan bersih dari kasus korupsi. "Mesin partai dan sosok figur yang merakyat dan melayani sangat menentukan sikap pemilih," ungkap YN Rizal.
Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini menyatakan, survei ini digelar pada 5 - 15 November 2020 dengan menggunakan metode sampling multistage random. Dan sampling ini memakai responden 1.000, dengan cara wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Sementara untuk tingkat margin eror-nya sekitar 2,8 persen.
"Kandidat yang memiliki sosok jujur, ramah dan sopan serta bersih dari kasus korupsi dan tidak terlibat kasus hukum menjadi pertimbangan pemilih dengan persentase sekitar 96,4 persen. Data menunjukan sosok ASLI diminati karena bersih, jujur, sopan dan bersih dari kasus korupsi," ungkap YN Rizal.
YN Rizal yakin kalau pemilih atau rakyat Purworejo sudah cerdas dalam menentukan pilihan. "Karena ini nasib lima tahun ke depan Purworejo, apakah ingin berubah atau tidak?," bebernya.
Dia melanjutkan, yang menarik adalah pemilih Jokowi dan Prabowo saat Pilpres 2019 ternyata solid mendukung pasangan ASLI. "Ternyata ada kesamaan persepsi pemilih yang saat Pilpres mencoblos Jokowi dan Prabowo. Jika dipersentasikan limpahan suara Jokowi dan Prabowo untuk ASLI sekitar 89 persen," tambahnya.
Calon Bersih
Pada survei sebelumnya yang digelar SPI kalau pasangan ASLI tercatat memperoleh 35,9 persen. Sementara Bapaslon Kuswanto-Kusnomo (Bung Tomo) mendapat 33,1 persen, dan pasangan incumbent Agus Bastian-Yuli Hastuti (Bayu) hanya memperoleh 28,6 persen.
Sementara untuk masyarakat yang belum menentukan pilihan ada sebanyak 2,4 persen.
Direktur Riset dan Data SPI Agung W Hadi sebelumnya menjelaskan, survei yang digelar pada tanggal 20 Oktober hingga 30 Oktober 2020 itu menggunakan metode sampling multistage random, sampling ini memakai responden 1.000, dengan cara wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Sementara untuk tingkat margin eror-nya sekitar 2,8 persen.
“Seandainya Pilkada Purworejo digelar hari ini, maka pasangan ASLI memenangi pertarungan 9 Desember 2020. Yang menarik adalah suara pemilih pria 23,6 persen dan wanita 22,1 persen memilih pasangan nomor 01. Untuk pemilih pemula yakni dari umur 17 – 20 tahun 27,6 persen memilih ASLI dan ini menandakan bahwa kalangan milenial menginginkan perubahan dan sosok yang berani,” jelas Agung W Hadi di Cafe Panggena Coffee Shop, Purworejo, Sabtu (14/11).
Agung mengungkapkan, untuk sebaran suara pemilih parpol disetiap kandidat masih solid baik pasangan nomor 1, 2 dan 3. Untuk ASLI suara PDIP, Gerindra dan PAN di atas 40 persen.
“PDIP, Gerindra dan PAN solid ke Agustinus, dan jika mesin partai ini terus kencang maka dipastikan kemenangan milik Agustinus,” tambah mantan aktivis 98 ini.
Dalam pertimbangan pemilih untuk memilih calon yang paling besar adalah kepribadian yang baik 96,4 persen, bersih dari kasus hukum 92,3 persen. Sementara untuk money politic kata Agung, ternyata warga Purworejo sudah cerdas. Artinya tidak tergoda dengan janji pemberian uang.
“Jadi uang tidak lagi pemicu untuk mempengaruhi pemilih. Jika dipersentasi hanya ada sekitar 24,6 persen yang memilih calon karena diberi uang. Dan sisanya sekitar 75,4 persen kencenderungannya menolak money politic bahkan hanya mengambil uangnya tapi tidak mau memilih calonnya,” tambahnya.