RN - Ucapan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kalau ibukota Indonesia, Jakarta bakal tenggelam memang bukan hal baru. Sebelumnya, beberapa ahli dan lembaga internasional juga menyebutkan kalau Jakarta rawan.
Pernyataan Joe Biden disampaikan saat mengunjungi Kantor Direktur Intelijen Nasional. Dikutip dari situs resmi White House, Jumat (30/7/2021).
Prediksi Jakarta sangat berisiko dan rentan tenggelam pernah diungkapkan NASA pada laman resminya. Laporan ini dirilis pada Mei 2021. Penyebabnya, kombinasi banyak faktor, perubahan iklim, jumlah penduduk yang terus bertambah, juga eksploitasi air di ibukota RI itu.
BERITA TERKAIT :Duit Bansos DKI Rp 802 Miliar, Jangan Sampai Yang Kaya Dapat Bantuan
Jakarta Masih Ibu Kota, IKN Masih Berantakan?
"Dengan meningkatnya suhu global dan pencarian lapisan es, banyak kota pesisir menghadapi risiko banjir yang semakin besar. Itu dikarenakan kenaikan permukaan air laut," tulis NASA.
Rata-rata permukaan laut global naik sebesar 3,3 milimeter per tahun. Sudah begitu, hujan semakin intens dengan atmosfer yang makin memanas.
Selain itu, turunnya permukaan tanah Jakarta juga dipercepat oleh urbanisasi, perubahan fungsi lahan, dan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Menyempit atau tersumbatnya saluran sungai dan kanal oleh sedimen dan sampah juga turut mempercepat penurunan tanah Jakarta.
Lalu, Verisk Maplecroft. Berdasarkan hasil laporan Konsultan risiko Verisk Maplecroft, seperti dikutip dari Time, Jumat (14/5/2021), dari 100 kota di dunia sebanyak 99 diantaranya berada di Asia, sementara Eropa menjadi rumah bagi 14 dari 20 kota teraman.
DKI Jakarta menduduki peringkat pertama sebagai kota yang paling berisiko cepat tenggelam akibat naiknya permukaan laut dan penurunan tanah yang disebabkan menipisnya akuifer alami di bawah kota karena seringnya pengambilan air tanah yang sampai saat ini masih terjadi.
Ditambah dengan banjir yang sering melanda, kota metropolitan tersebut diperkirakan akan tenggelam pada 2050. Namun, ramalan soal DKI Jakarta tenggelam pun bukan kali pertama, sebelumnya pun beberapa pihak sudah merilisnya.
Dan Ditjen SDA PUPR pernah juga berujar. Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Hari Suprayogi juga menjelaskan, permukaan tanah Jakarta setiap tahunnya turun 2 cm sampai dengan 20 cm. Sementara rata-rata penurunannya mencapai 7,5 cm setiap tahunnya.
Atas perhitungan tersebut diperkirakan pada 2020 sekitar 90% wilayah Jakarta bisa terendam banjir.
"Itu karena rob atau banjir dari air laut karena penurunan permukaan tanah. Pada 1990 12% dari Jakarta itu menderita banjir. Kita ramalkan 2020 90% akan tenggelam apabila tidak ada penanganan," tuturnya di Cilincing, Jakarta, Selasa (15/8/2017).
Sementara Bappenas. Menteri PPN/Kepala Bappenas saat itu Bambang Brodjonegoro juga pernah mengungkapkan Jakarta bisa tenggelam di tahun 2030. Hal itu disampaikannya saat meninjau pembangunan proyek tanggul pengamanan pantai paket 2 di Kalibaru Cilincing, Jakarta Utara tahun 2017 lalu.
Kepada Sandiaga Uno yang saat itu menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, Bambang menyampaikan mengenai bahaya penurunan permukaan tanah di Jakarta Utara.
"Dengan bahaya tingkat penurunan permukaan tanah di Jakarta yang saat ini semakin meningkat, pada tahun 2030, kondisinya Jakarta akan terkena ancaman banjir dari laut di seluruh wilayah Jakarta Utara. Lalu ada juga potensi banjir yang datang dari gunung. Jadi dia akan terancam banjir besar dari dua arah, di mana Jakarta utara dan sebagian wilayah Jakarta Pusat akan terdampak," kata Bambang kepada Sandi, di dalam ruang rapat lokasi proyek di Kalibaru, Jakarta Utara, Jumat (8/12/2017).
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sudah terlebih dahulu menyebutnya. Pada 2014, Kementerian PU memperkirakan bila tak ada proyek giant sea wall atau tanggul laut 'Garuda Raksasa', sebagian wilayah DKI Jakarta akan tenggelam karena penurunan permukaan tanah. Berdasarkan perkiraan, Jakarta akan tenggelam pada 2050 atau bahkan bisa lebih cepat dari estimasi.
"Di Jakarta sekarang sudah 10-12 cm per tahun turunnya (permukaan tanah). 15 tahun ke depan ini artinya nggak lama lagi (Jakarta akan tenggelam). Hitung-hitungnya dengan kondisi sekarang tidak ada satupun sungai di Jakarta bisa mengalir karena turun 5-7 meter," kata Basuki Hadimuljono yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, Senin (6/10/2014).
Berdasarkan dokumen masterplan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)/Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN), wilayah DKI Jakarta khususnya Jakarta Utara telah mengalami penurunan muka tanah pada laju yang mengejutkan, rata-rata 7,5 cm per tahun. Berdasarkan dokumen tersebut disebutkan tinggi permukaan laut akan mencapai 5 meter di atas permukaan jalan Jakarta pada 2050.
Perubahan Iklim
Seperti diberitakan, Joe Biden menyinggung soal Indonesia harus memindahkan ibukotanya karena Jakarta diproyeksikan akan tenggelam. Proyeksi Jakarta akan tenggelam bukan kali ini saja ramai dibicarakan, sudah ada sederet kajian terkait hal ini.
Biden mulanya berbicara mengenai ancaman terbesar yang dihadapi AS. Dia mengatakan, Departemen Pertahanan mengungkapkan, bahwa perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi AS.
"Kita berada dalam situasi di mana - pikirkan ini. Pikirkan tentang ini: Saya tidak akan pernah melupakan pertama kali saya terjun ke tank sebagai Wakil Presiden, setelah saya terpilih. Departemen Pertahanan mengatakan apa ancaman terbesar yang dihadapi Amerika: perubahan iklim," kata Biden.
Biden mengatakan, kini permukaan air laut terus meningkat. Dia mengungkapkan, ke depannya, akan banyak orang bermigrasi dan memperebutkan tanah yang subur. Biden mencontohkan Afrika Utara.
Baru kemudian Biden menyinggung Indonesia. Menurutnya, jika apa yang diproyeksikan benar, maka dalam 10 tahun ke depan Indonesia harus memindahkan ibu kota karena akan tenggelam.
"Tapi apa yang terjadi - apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?" kata dia.
"Itu penting. Ini adalah pertanyaan strategis sekaligus pertanyaan lingkungan," imbuh Biden.