Sabtu,  20 April 2024

Israel Biadab, Saatnya Kita Dukung Palestina 

NS/RN
Israel Biadab, Saatnya Kita Dukung Palestina 
Ilustrasi

RN - Pasukan Israel terus menggempur Palestina. Anehnya, dunia barat baik Nato dan Amerika diam melihat aksi biadab Zionis Yahudi tersebut.

Hingga kini sudah ribuan warga muslim Palestina terluka dan 256 tewas. Penyerangan pada Jumat (15/4/2022) di kompleks Masjid al-Aqsa Yerusalem juga melukai 150 warga Palestina. 

Polisi kompleks Masjid al-Aqsa Yerusalem bahkan memasuki tempat suci tanpa melepas alas kaki dan menyerang orang-orang Palestina menggunakan peluru, granat kejut, tongkat polisi, gas air mata, dan sebagainya.

BERITA TERKAIT :
Drone Milik Israel Ditembak Jatuh, Iran Jangan Dianggap Enteng  
Takut Warganya Kena Nuklir, Australia Minta Warganya Pulang Kampung 

Dilansir The Guardian, Jumat (15/4/2022), bentrokan disebabkan pasukan Israel masuk sebelum shalat Subuh pada hari Jumat untuk memindahkan batu yang katanya telah dikumpulkan untuk mengantisipasi kekerasan. Setidaknya sebanyak 152 orang terluka dalam bentrokan yang terjadi kemarin.

Tentara Negeri Zionis pun mengerahkan jet-jet untuk menggempur satu pos militer dan kompleks terowongan di Palestina "berisi bahan kimia mentah yang digunakan untuk membuat mesin roket.

Tak mau terus ditindas, kelompok Hamas membalas serangan Israel. Satu roket dari Gaza jatuh di sebuah taman di Kota Sderot, Israel, pada Rabu (20/4) malam.

Israel lantas membalas dengan melancarkan serangan udara pada Kamis dini hari. Tak mau kalah, kelompok penguasa Jalur Gaza, Hamas, kembali menembakkan setidaknya empat roket ke arah Israel.

Diketahui, kemerdekaan penuh Palestina dari Israel menjadi utang yang harus dibayarkan Indonesia seerta negara yang tergabung dalam Konferensi Asia Afrika (KAA).

Pernyataan tersebut disampaikan Ketua DPR Puan Maharani melalui pesan tertulis yang diterima di Jakarta pada Minggu (24/4/2022).

"Memperjuangkan kemerdekaan Palestina adalah janji Indonesia sejak menggelar Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955," katanya.

Ia menegaskan, komitmen mendukung dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari agresi Israel, sejatinya telah disuarakan sejak 67 tahun silam saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika di Bandung digelar pada 18–24 April 1955.

Puan mengemukakan, kecaman terhadap Agresi Israel terhadap Palestina disuarakan pimpinan delegasi, seperti Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser dan Perdana Menteri Lebanon Sami Solh.

Sementara itu, Presiden RI Soekarno saat membuka pertemuan menegaskan KAA harus membantu perjuangan negara-negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka.

Soekarno mengatakan tujuan Indonesia belum tercapai dana tidak ada bangsa yang merdeka selama tanah kelahirannya masih terjajah. Kebebasan dan perdamaian tidak dapat dipisahkan, sehingga tidak ada yang namanya setengah bebas atau setengah hidup, kata Puan mengutip kakeknya itu.

Di akhir pertemuan, Puan mengatakan seluruh delegasi KAA sepakat mendukung kemerdekaan Palestina dan mendesak para pihak segera menerapkan isi resolusi PBB di Palestina.

Namun hingga kini rakyat Palestina masih belum sepenuhnya merdeka dan masih ada praktik diskriminasi, perampasan terhadap tanah dan tempat tinggal, serta pembatasan untuk beraktivitas dan bergerak masih dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina

Dilarang Ibadah

Bukan hanya muslim, otoritas Palestina juga mengkritik pembatasan yang diterapkan Israel terhadap umat Kristen di Yerusalem yang hendak beribadah di Gereja Makam Suci. 

Palestina menilai, Israel terus melakukan agresi terhadap situs-situs suci keagamaan di Yerusalem, termasuk Masjid Al-Aqsa.

“Palestina menolak, dalam istilah yang paling keras, keputusan tidak sah Israel untuk memberlakukan pembatasan hukuman tambahan pada masuknya peziarah dan pemeluk Kristen ke Gereja Makam Suci selama kebaktian suci Paskah Ortodoks,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Palestina dalam sebuah pernyataan, Jumat (22/4/2022), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

Palestina berpendapat, Israel sebagai kekuatan pendudukan bertanggung jawab penuh atas agresi dan provokasi ekstremnya di Yerusalem. Aksi Israel dipandang dapat menimbulkan konsekuensi luas bagi perdamaian dan keamanan regional serta internasional.

“Untuk lebih jelasnya, Israel, kekuatan pendudukan, tidak berkomitmen, seperti yang diklaim secara palsu, untuk membawa ketenangan di Yerusalem atau untuk menjamin kebebasan beragama dan beribadah bagi semua. Ia terus melanggar kewajibannya dengan gagal mengakhiri pendudukan ilegalnya serta diskriminasi agama dan ras yang melekat dalam hukum dan praktik rezim apartheidnya,” kata Kemenlu Palestina.

Palestina menilai, Israel telah dengan sengaja memprovokasi umat Kristen dan Muslim. “Selama beberapa pekan terakhir, dunia telah menjadi saksi militerisasi Israel terhadap upacara keagamaan Kristen dan Muslim, pengenaan tindakan diskriminatif dan hukuman, serta kekerasan brutal yang dilakukan terhadap jamaah Palestina, sambil melindungi dan mengawal orang Yahudi dalam penggerudukan provokatif mereka,” kata Kemenlu Palestina.

Selama sepekan terakhir, situasi di Yerusalem, terutama di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa, tengah dibekap ketegangan. Pada Jumat pekan lalu, warga Muslim Palestina terlibat bentrok dengan pasukan keamanan Israel di kompleks Al-Aqsa. 

Insiden itu terjadi karena pasukan Israel menggeruduk masuk ke situs suci umat Islam itu dengan dalih ingin memukul mundur sekelompok warga yang melemparkan batu ke ruang doa umat Yahudi di Tembok Barat. Lebih dari 150 warga Palestina mengalami luka-luka.

Eskalasi di Masjid Al-Aqsa terjadi setelah adanya seruan dari kelompok Yahudi ekstremis untuk menggeruduk situs tersuci ketiga umat Islam tersebut selama liburan Paskah Yahudi. Mereka hendak melakukan ritual kurban di halamannya. Ada kepercayaan di antara umat Yahudi bahwa Al-Aqsa berdiri atau dibangun di atas reruntuhan The Second Temple (Bait Suci Kedua) atau dikenal pula dengan Kuil Herodes.

"Kami mengecam aski Israel kepada Palestina. Kami akan mempersiapkan gandum, material, dan tanaman pangan kepada Palestina serta negara importir lainnya di Timur Tengah," tegas Presiden Rusia Vladimir Putin. 

"Saya sangat mengutuk intervensi Israel terhadap jamaah di Masjid Al Aqsa. Kami menentang provokasi dan ancaman terhadap status atau semangatnya," ungkap Presiden Turki Tayyip Erdogan.

"Eskalasi sistematis ini adalah serangan terang-terangan terhadap kesucian Masjid al-Aqsha dan di jantung negara Islam," terang Raja Arab Saudi, Raja Salman.