Selasa,  03 December 2024

Melihat Detik-detik Berdirinya Bangsa Indonesia Lewat Pembacaan Risalah BPUPKI

Tori
Melihat Detik-detik Berdirinya Bangsa Indonesia Lewat Pembacaan Risalah BPUPKI
Poster Komunitas Salihara

 

RN - Terbentuknya bangsa Indonesia tidak lepas dari gagasan dan pemikiran para tokoh-tokohnya, seperti Soekarno, Muhammad Yamin, Soepomo, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Radjiman dan tokoh lainnya.

Gagasan dan pemikiran itu terkumpul dalam risalah dan notulensi sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) & Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ibarat Kitab Suci Republik Indonesia, isi naskah ini sangat penting bagi sejarah berdirinya bangsa Indonesia.

BERITA TERKAIT :
Ingin Luruskan Sejarah, MDS GP Ansor PC Jaksel: Pangeran Kuningan Bukan Klan Ba’Alwi
AC Meledak, Benda Bersejarah Museum Nasional Dilumat Si Jago Merah? 

Untuk bisa berempati dan melihat bersama kilasan sejarah di detik-detik kelahiran NKRI tersebut, Komunitas Salihara akan mengadakan program Membaca Kitab yang 'Hilang': Risalah BPUPKI. Program ini akan mengajak peserta untuk bersama-sama aktif membaca risalah dan notulensi dari naskah BPUPKI yang terbagi ke dalam 25 sesi.

Menariknya, para peserta dapat memilih tokoh-tokoh bangsa yang ingin mereka perankan mulai dari Soekarno, Muhammad Yamin, Soeroso, Oto Iskandardinata, dan lain sebagainya.

Pengusul program Membaca Kitab yang 'Hilang': Risalah BPUPKI sekaligus Kurator Sastra Komunitas Salihara, Ayu Utami mengungkapkan bahwa membaca BPUPKI penting untuk dilakukan, karena di dalam risalah dan notulensi ini bisa melihat berbagai perdebatan para pendiri bangsa mengenai bentuk, dasar, wilayah, dan ideologi negara serta kedudukan warga negara sebelum akhirnya lahirlah Indonesia yang kita kenal.

“Ini adalah suatu naskah yang penting tetapi naskah ini tidak pernah dibaca secara umum. Kita bisa melihat dinamika di antara peserta sidang yang sangat manusiawi. Program ini intinya ingin mengajak sebanyak mungkin orang untuk membaca 'kitab suci' bangsa Indonesia,” ujar Ayu, lewat siaran pers Komunitas Salihara, dikutip hari ini.

Acara ini akan rutin dilaksanakan setiap Selasa dan Kamis dari 4 Oktober hingga 22 Desember 2022 pukul 19:00 WIB via Zoom Salihara. Peserta dipersilakan untuk memilih peran yang tersedia di setiap sesinya mulai dari tokoh-tokoh bangsa, narator, atau ingin hadir sebagai pendengar saja.

Untuk bisa mengetahui jadwal sesi, peserta bisa melihat di laman:
https://salihara.org/membaca-kitab-yang-hilang-risalah-bpupki/

Tidak hanya membaca, peserta juga bisa berdiskusi bersama membicarakan hasil pembacaan terkait temuan-temuan baru yang didapat setelah sesi pembacaan berakhir. Acara ini juga didukung oleh Teater Ghanta sebagai kolaborator.