RN - Muktakar Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah-Perti) resmi ditutup pada Selasa (25/10/2022).
Steerring Committee acara muktamar, Syahfrizal dalam sambutannya, mengaku sangat berbahagia dengan lancarnya kegiatan yang dimulai sejak Minggu (23/10/2022) ini dan dihadiri sekitar 800 orang peserta perwakilan Perti di seluruh Indonesia.
Muktamar ini menghasilkan sejumlah keputusan, di antaranya pengembalian nama organisasi dari Tarbiyah-Perti menjadi Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau yang disingkat dengan Perti. Pengembalian nama ini menjadi program besar setelah lama menggunakan singkatan Tarbiyah-Perti akibat perbedaan pandangan dari kedua belah pihak.
BERITA TERKAIT :Menag Vs Cak Imin, Perang Saudara PKB Makin Panas
Muktamar PKB Dongkel Cak Imin, Siapa Kuat Nih?
Perpecahan Tarbiyah dengan Perti yang terjadi sejak tahun 1970 akhirnya diselesaikan melalui islah pada tahun 2016. Namun, keputusan islah pada tahun 2016 mengakomodir kepentingan dari setiap pihak, sehingga namanya tetap menggunakan singkatan dari kedua belah pihak, yaitu Tarbiyah-Perti. Sehingga, pada Sidang Komisi Muktamar Tarbiyah-Perti ditetapkan namanya menjadi Perti.
Keputusan ini disambut tepuk tangan meriah dari para peserta muktamar.
Selain nama organisasi, juga ada beberapa perubahan yang berkaitan dengan azas, tujuan, dan sifat dari organisasi. "Nanti kita akan rilis perubahannya pasca muktamar ini diselenggarakan sampai Presidium Sidang," jelas Syahfrizal.
Ia menambahkan, segala penamaan Tarbiyah-Perti dalam aturan organisasi ini pada waktu sebelumnya sudah secara otomatis berganti menjadi Perti.
Muktamar Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah-Perti) 2022 juga menetapkan Syarfi Hutauruk sebagai ketua umum dengan Sekretaris Jenderal, Zulhendri Chaniago untuk masa bhakti 2022-2027.
Dalam pidatonya, Syarfi menekankan pentingnya dakwah dan sosial menjadi program kepengurusan ke depan. "Tarbiyah akan berjalan di tempat apabila tidak mau bergerak untuk menginfaqkan waktu dan mengorbankan perjuangan demi kemajuan umat islam dan bangsa Indonesia," ucapnya.
Syarfi mengatakan, kepengurusan Tarbiyah dan organisasi serumpun harus punya tekad bersama untuk memperjuangkan dalam kurun waktu satu tahun ke depan agar Syekh Sulaiman Ar-Rasuli bisa ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional. "Ini merupakan cita-cita besar yang mesti diupayakan dan dijadikan target jangka pendek yang harus diupayakan," tandasnya.