Sabtu,  20 April 2024

8 Tahun Jokowi Berkuasa, Akhirnya Yudo Margono Panglima TNI dari AL

Tori
8 Tahun Jokowi Berkuasa, Akhirnya Yudo Margono Panglima TNI dari AL
KSAL Laksamana TNI Yudo Margono/Ist

 

RN - Ketika nama Yudo Margono mencuat sebagai Panglima TNI menggantikan Andika Perkasa secercah harapan muncul, khususnya menyangkut kekuatan laut.

 

BERITA TERKAIT :
Di Jalan Arogan Ngaku Adik Jenderal, Di Kantor Polisi Kenapa Jadi Cemen?
Duel Brimob Vs TNI AL, Lima Pasukan Terluka

Presiden Jokowi saat periode pertama berkuasa, berjanji akan mewujudkan poros maritim dunia dan kembali membangun kekuatan dua samudera.

"Selama delapan tahun era pemerintahan Bapak Presiden Joko Widodo belum pernah ada panglima TNI dari Angkatan laut dan baru Yudo Margono lah AL baru bisa jadi Panglima TNI," kata ucap Ketua Umum DPP Bapera, Fahd El Fouz di Jakarta, dikutip hari ini.

Terpilihnya Panglima TNI dari Angkatan laut ini, menurut Fahd, adalah grand design yang telah lama diinginkan banyak publik di Tanah Air.

Mantan Ketum PP AMPG ini menambahkan, perlu diketahui. jabatan Panglima TNI ke depan hanya setahun sehingga harus super dimaksimalkan roadmap dan arah power projectionnya.

"NKRI harus bisa memaksimalkan karena kita adalah negara yang archiphelago dan memiliki unclos. Dan memang sudah benar Bapak Presiden Joko Widodo mengikuti jejak Soekarno, bagaimana kekuatan brain water yaitu 200 meter ke dalam laut, lalu green water hingga batas negara kawasan lalu kemudian laut biru yaitu dua samudera," paparnya.

Menurut Fahd, kalimat 'nenek moyangku seorang pelaut' bukan isapan jempol belaka. "Dulu kita punya Laksamana Malahayati dan Kalinyamat. Dan hingga hari ini Kalinyamat belum menjadi pahlawan Nasional. Kalau dulu Indonesia menguasai dua samudra mengapa sekarang tidak? Inilah tantangan kita ke depan," ucap Fahd.

Kampanye di periode kedua, Jokowi berbicara soal tol laut. Di sini, hemat Fahd, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dan Yudo Margono dapat bersinergi terkait titik lemah pertahanan laut Indonesia.

Dengan dipilihnya Yudo Marghono sebagai Panglima TNI, menurut Fahd, menandakan Jokowi pro maritim. "Kita hari ini belajar dari dua negara besar yang saat ini sedang memanas yaitu Kuomintang (Sun Yat Sen) dan musuh abadinya Mao Tse Tung. Saat ini Taiwan dipimpin oleh perempuan yaitu Tsai Ing – Wen. Jadi Kuomintang ini musuh organik Tiongkok," ulasnya.

Berbicara Taiwan dan Tiongkok sudah pasti bersinggungan dengan Indonesia. Pasalnya, 70 persen wilayah Indonesia adalah laut dan potensi perang angkatan laut sangat besar.

"Ujungnya ini adalah perairan Natuna dan ini kekuatannya adalah laut. Indonesia harus siap akan situasi terburuk itu. Jadi perang angkatan laut ada dua, pertama marinir yaitu perang daratnya Angkatan laut, yang kedua navy. Jadi Laut China Selatan ini naval war," tutur dia.

"Panglima itu defense, jadi ngak mungkin kita perang di naval war. Pak Presiden saat ini kita punya nation threat walaupun jabatannya hanya satu tahun. Itu untuk prepare naaval war. Dan menhan sangat peduli dengan penambahan persenjataan," imbuhnya.

Ia mengingatkan salah satu kekuatan pertahanan RI yang paling lemah adalah laut. Terutama di bagian utara yang berdekatan dengan Filipina itu yang paling bolong. Pencurian ikan paling banyak terjadi di wilayah timur karena masuknya lewat utara. "Dan ini jebolnya pertahanan laut kita sudah keterlaluan. Jadi hasil laut kita dicuri kan karena angkatan laut kita lemah," ungkap Fahd.

Menurut dia, ulah penjajah Belanda telah membuat kekuatan laut NKRI mengecil. Kala itu Nusantara tak boleh membangun kapal-kapal besar.

"Janganlah kita terlalu kagum dengan pelaut China. Tadi kita telah belajar power projection kemudian aset. Jadi hari ini kita keasikan baca global fire," sentil dia.

Padahal untuk menghitung kekuatan sebuah negara kepulauan justru dari angkatan lautnya. Sebab, AL punya brain water, green water dan blue water agar jelas batasannya.  

Ia mendorong saatnya penetrasi ke negara-negara yang dianggap ancaman, baik itu teknologi, perdagangan, ekonomi, maupun militernya. "Pokoknya halalkan segala cara gimana kita bisa dapatkan teknologi yang negara lain atau tiru mentah mentah lalu dimodifikasi. Dahulu Tiongkok melakukan hal tersebut kepada Amerika dan sekarang teknologi sedang bersaing ketat dengan US," bebernya.

Menurut mantan Ketum DPP KNPI ini, kandungan mineral Indonesia paling banyak di laut. Sehingga kekuatan AL penting untuk menjaga kekayaan laut bumi Nusantara agar tidak dieksploitasi besar-besaran oleh negara lain.

Fahd berharap dipilihnya Yudo Margono sebagai Panglima TNI menjadi titik awal kebangkitan Indonesia sebagai poros maritim dunia, khususnya di ASEAN sebagai kekuatan ekonominya.

"Dan hari ini Nusantara harus menghadap laut bukan memunggungi laut. Saya hanya berharap Indonesia menjadi lebih baik ke depan.  Dan saatnya kita harus bangkit tidak jalan di tempat," pungkasnya.

#Yudo   #Panglima   #TNI