RN - Ketua DPC Partai Gerindra Kota Bekasi, Raden Eko dituding menjadi penyebab tidak berjalannya roda organisasi di tingkat pengurus anak cabang (PAC), ranting dan anak ranting.
Tudingan itu disampaikan terbuka oleh Ketua PAC Gerindra Kecamatan Jati Asih, Rohdin kepada wartawan, dikutip hari ini.
BERITA TERKAIT :RIDHO Wali Kota Bekasi, Waspada PKS Belum Ikhlas
Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi: PAD Harus Capai Target
Rohdin menjelaskan, dua tahun Raden Eko menjabat ada dugaan pembiaran secara masif dan terstruktur terhambatnya dana hibah di tingkatan PAC, ranting dan anak ranting.
"Desas-desus dana hibah yang tak kunjung turun di sejumlah kalangan pengurus ranting dan PAC se-Kota Bekasi. Itu sudah menjadi perbincangan hangat di kalangan publik. Ratusan juta rupiah dana hibah yang digelontorkan melalui Kesbangpolinmas Pemkot Bekasi ternyata belum turun di tingkatan pengurus ranting dan PAC," ungkap Rohdin.
Berdasarkan catatan Ketua Pengurus PAC Gerindra Jati Asih, sambung Rohdin, dana yang seharusnya dialokasikan sebagai pembinaan tak kunjung cair dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini.
"Selain mempengaruhi roda organisasi di tingkat arus bawah, timbul pertanyaan besar masing-masing pengurus ranting dan PAC, ke mana alokasi dana hibah itu diperuntukkan Raden Eko?" ujarnya.
Menurut Rohdin, hingga saat ini belum ada pertanggungjawaban Raden Eko kepada struktural ranting dan PAC baik secara lisan maupun tertulis tentang dana hibah Kesbangpolinmas Pemkot Bekasi.
"Karena ratusan juta dana hibah yang cair setiap tahunnya dari Kesbangpolinmas Pemkot Bekasi, bisa menjadi dana stimulus penggerak arus bawah guna suksesi Prabowo For Presiden 2024 nanti," katanya.
Dia menyebutkan, sosok kepemimpinan Raden Eko sebagai orang nomor satu di Partai Gerindra dianggap kurang paham dalam berorganisasi dan tantangan kedepan dalam Organisasi.
"Selain tidak aspiratif terhadap suara dan keluhan Anak Ranting, Ranting dan PAC, Raden Eko tergolong anti kritik terhadap bawahan dan diduga belum memahami demokrasi itu sendiri secara garis besar," bebernya.
Dijelaskanya, dua tahun tidak transparan dalam penggunaan dana hibah, sontak Raden Eko menjadi buah bibir ditingkatan Pengurus Ranting yang notabene sebagai lokomotiv Organisasi dalam menggerakkan mesin Partai dibawah.
"Sosok pemimpin partai harusnya mengedepankan aspirasi konstituen ditingkatan akar rumput, bukan malah berlagak seperti memimpin sebuah perusahaan swasta," tegasnya.
Ditambahkannya, pada hakekatnya dalam sebuah Organisasi perlu kesadaran seorang Pemimpin guna menampung suara arus bawah. Selanjutnya diperlukan tangan dingin dan cermat bagaimana menyusun kerangka dan strategi politik di lokomotiv Partai.
"Namun fakta yang terjadi dalam Organisasi Partai besutan Bapak Prabowo khususnya di Kota Bekasi, justru orang-orang yang berjasa dalam menggerakkan Organisasi bertahun-tahun justru terkesan dianak tirikan Raden Eko," tutupnya dengan nada kesal.
Sayang, hingga berita ini dimuat Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Bekasi, Raden Eko belum bisa dihubungi guna dimintai keterangannya.