RN - Korban gempa berharap tidak dijadikan alasan untuk melanggar lalu lintas. Meskipun betul - betul ingin mengakomodasikan bantuan atau donasi.
“Empatinya dimana ya, kita disini sudah terpuruk, tega - teganya masih dijadikan tameng melanggar lalu lintas. Mending benar - benar antar donasi, terlalu,” ujar Kang Behom (48) warga KP Cadot, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat yang rumahnya hancur terkena gempa.
Hal senada juga dikatakan Nyai (39) warga Lembur Sawah, Cugenang, Cianjur yang sampai saat ini terpaksa masih tidur di tenda pengungsian.
BERITA TERKAIT :Gunung Merapi Muntah Lagi, 250 Kali Semburan Lava Panas
Ancaman Gempa Megathrust Di Jawa Dan Sumatera, Bikin Merinding Aja
“Kami jadi korban gempa bukannya senang, kami disini lagi susah. Tega banget ya masih dijadikan alasan melanggar lalu lintas, apa sudah ga ada tuh nurani dan empatinya,” ucap Nyai.
Sebelumnya diberitakan, Mobil ambulans bergambar anggota DPRD DKI, Ahmad Lukman Jupiter diamankan petugas di Pospol Gadog, Kabupaten Bogor, Jumat (23/12/2022).
Kasatlantas Polres Bogor, AKP Dicky Anggi Pranata mengatakan, pihaknya menemukan oknum ambulans yang melawan arus di kawasan Puncak.
"Tentu ini sangat tidak diindahkan, dilarang, tidak diperbolehkan karena sangat membahayakan. Apalagi tadi ambulans tersebut diikuti oleh 2 bus besar," ungkapnya kepada wartawan seperti dilansir Poskota, hari ini.
Dicky menyebut, pengemudi ambulans beserta rombongan sempat mengelak saat dimintai keterangan. “Tadi dapat informasi setelah kami mintai keterangan memang untuk kegiatan pribadi, bukan emergency," urainya.
Ambulans tersebut, kata Dicky, terpantau berangkat dari arah Jakarta menuju kawasan wisata Puncak.
"Kami ingatkan kepada seluruh masyarakat yang masuk kawasan wisata Puncak agar menghormati, mengikuti segala petunjuk kami di lapangan. Tujuannya agar memperoleh keamanan dan kenyamanan bersama berkendara," singkatnya.
Sementara itu, Kanit Turjagawali Polres Bogor, Ipda Ardian menjelaskan, pada awal pelaksanaan operasi Nataru 2022 ini, memang volume kendaraan ke arah jalur puncak memang terjadi peningkatan.
"Kemudian didapati ada salah satu ambulans yang dibelakangnya ada rangkaian bus dan kendaraan pribadi itu melawan arus dari sekitar Simpang Gadog," ucapnya.
Terhadap ambulans bergambar anggota legislatif tersebut, kata Ardian, pihak kepolisian memberhentikan kendaraan ambulans tersebut.
"Dan kita cek dikarenakan membunyikan sirine dan rotator, kita lihat apakah ambulan itu salah satu prioritas atau tidak sesuai dengan pasal 134 uu 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan bahwa salah satu kendaraan prioritas adalah ambulans membawa pasien sakit," terangnya.
Setelah diperiksa, ternyata ambulans tersebut tidak membawa pasien sakit namun membawa peralatan yang menurut pengakuan driver untuk donasi bantuan gempa.
"Ternyata kami dalami ternyata kendaraan ambulan membawa barang untuk family gathering salah satu pengurus partai. Karena kita lihat juga di bodi ambulans itu memang terdapat gambar salah satu partai," paparnya.
Saat ini, lanjut Ardian, pihak kepolisian akan tegas terhadap prioritas di jalan raya yang sudah ditetapkan. "Namun kali ini mempertimbangkan kendaraan tersebut bukan prioritas ditambah mengawal bis yang akan family gathering di puncak maka kita amankan. Saat ini kendaraan tersebut di pos gadog kemudian kita akan laksanakan tindakan sesuai aturan," jelasnya.
Setelah melakukan pemeriksaan, sang sopir pun mengakui bahwa pengantaran donasi gempa cianjur hanyalah palsu, sopir mengaku kepada polisi mereka bakal melakukan Family gathering di kawasan wisata Puncak.
"Memang ambulan itu sebenarnya belum peruntukannya, karena kami lihat dari STNK fungsinya masih mobil pribadi terlihat dari plat nomor juga kita lihat STNK peruntukannya adalah mobil pribadi belum untuk ambulans," pungkasnya.