RN - Jika Anda mau terhindar dari risiko stroke sebaiknya menjaga pola makan. Pola makan buruk bisa berdampak pada stroke hingga berakibat lumpuh.
Stroke adalah kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Kondisi ini menyebabkan area tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-sel otak.
Dari 276,4 juta penduduk di 38 provinsi di Indonesia, 2,9 juta jiwanya mengalami stroke per tahun. Angka kejadian stroke mencapai 10,9 per 1.000 penduduk dan cedera otak serta saraf mencapai 7,5%.
BERITA TERKAIT :Waspada, Kopi Instan (Sachet) Picu Diabetes & Jantung
Mau Disembelih Ngamuk, Sapi Seruduk Panitia Kurban Hingga Muntah Darah
Dikutip dari laman Express, Rabu (28/6/2023), dr Jonathan Zeilinger, pemimpin digital GP di Babylon, secara khusus menyarankan tidak makan daging olahan, mentega, biskuit, dan gorengan untuk mencegah tersumbatnya arteri. Sebab, sebagian besar stroke terkait dengan penumpukan plak lemak (atheroma) di arteri yang memasok oksigen dan nutrisi ke otak.
"Lemak jenuh dan trans adalah penyebab utama dan termasuk makanan seperti daging olahan (seperti sosis dan burger), mentega, biskuit, dan gorengan, contohnya," ujar dr Zeilinger.
Namun, ada makanan lain yang juga bisa meningkatkan risiko stroke, yaitu makanan dengan kandungan tinggi garam. Dokter Zeilinger menjelaskan tTekanan darah yang meningkat juga menyebabkan pembentukan ateroma.
"Asupan garam yang tinggi (seperti yang ditemukan pada keripik dan bakon) akan menambah risiko Anda," kata dr Zeilinger.
Faktor kunci lain dalam risiko stroke adalah asupan gula yang tinggi. Misalnya, minuman bersoda. Ini sebagian karena hubungannya dengan penambahan berat badan dan diabetes tipe 2 yang menyebabkan kerusakan dan peradangan pada arteri.
Sementara itu, beberapa makanan dapat memiliki efek sebaliknya. Setidaknya, lima (idealnya tujuh hingga sembilan) porsi buah dan sayuran sehari untuk mengurangi kemungkinan terkena strok.
Dr Zeilinger menyebutkan beberapa penelitian telah menunjukkan konsumsi buah dan sayuran yang lebih tinggi mengarah pada penurunan tingkat strok dan sebaliknya dengan asupan yang lebih rendah. Buah dan sayuran diyakini menurunkan tekanan darah dan mengandung antioksidan yang membantu melindungi arteri.
"Buah dan sayur juga mengandung serat, yang dapat membantu mencegah kadar lemak tinggi dengan cara mengikat kolesterol di usus kita," ujar dr Zeilinger.
Sementara penanganan stroke tergantung pada jenis stroke yang dialami pasien. Tindakan yang dapat dilakukan bisa berupa pemberian obat-obatan atau operasi.
Selain itu, untuk mendukung proses pemulihan, penderita akan disarankan untuk menjalani fisioterapi, terapi okupasi, dan terapi psikologis.
Pada umumnya, pencegahan stroke hampir sama dengan cara mencegah penyakit jantung, yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti:
- Menjaga tekanan darah agar tetap normal
- Tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol
- Menjaga berat badan ideal
- Berolahraga secara rutin
- Menjalani pemeriksaan rutin untuk kondisi medis yang diderita, misalnya diabetes dan hipertensi