Minggu,  24 November 2024

PDIP Dan PKS Ibarat Minyak Dan Air, Warganet: Lawan Raja Harus Koalisi

RN/NS
PDIP Dan PKS Ibarat Minyak Dan Air, Warganet: Lawan Raja Harus Koalisi

RN - Wacana gabungnya Ganjar ke Anies Baswedan dinilai jaug. Sebab, PDIP dan PKS seperti minta dan air. 

PDIP dan PKS memang belum pernah terjalin koalisi. Keduanya selalu berlawanan dalam mendukung capres. 

Sementara warganet membantah Fahri. "Jokowi dan Prabowo ibarat minyak air tapi gabung juga. Ini politik Bung, jadi bisa saja, namanya dinasti ya harus dilawan," ungkap warganet.

BERITA TERKAIT :
Kurang 160 Ribu Dokter Spesialis, Prabowo Minta India Bantu Indonesia
Sudah Gak Corona Lagi, DPRD DKI Cari Tempat Rapat Yang Cihuy Bahas RAPBD 2025

Netizen lainnya menyebut, koalisi untuk melawan raja dan dinasti politik wajib dilakukan. "Dinasti harus dilawan," beber netizen akun X @bmxxxx.

Hubungan kubu Ganjar dan Anies memang lagi mesra. Kabarnya Ganjar akan bergabung ke Anies jika tidak masuk putaran kedua. "Namanya politik, kita lihat nanti," tegas Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang juga Ketua DPR. 

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, meragukan isu bergabungnya kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang bergulir belakangan ini. Sebab bila merunut riwayat keduanya, hubungan partai pengusung keduanya dinilainya jauh berseberangan.

"Dalam 10 tahun terakhir, PDIP dan PKS terus menerus menunjukkan kepada masyarakat dan bangsa Indonesia bahwa mereka berbeda bagai minyak dan air. Dan itu betul betul ditegaskan berkali-kali bahwa PDIP dan PKS tidak akan pernah berkoalisi dalam bentuk apapun," kata Fahri dalam keterangan tertulis, Selasa (16/1/2024).

Fahri menyebut bahwa keberadaan PDIP dan PKS sendiri merupakan kutub ekstrem dari polarisasi politik yang terjadi di Indonesia.

"Memang dari pengamatan politik Indonesia yang terpolarisasi secara ekstrem adalah pemilih PKS dan PDIP. Itu nampak sekali bahwa dalam semua pemilu, pemilih dari dua partai ini berada pada spektrum terjauh di kiri dan kanan," jelasnya.

Fahri Hamzah menyebut pendukung kedua partai itu berhaluan kiri dan kanan yang mendorong munculnya tiga paslon yang ada saat ini. Menurut Fahri, kelompok kanan menarik Anies Baswedan, sementara kelompok kiri ditarik oleh Ganjar Pranowo.

"Sehingga bisa dikatakan bahwa dua kelompok ini adalah kelompok yang mustahil disatukan oleh adanya perbedaan ideologis yang sangat tajam," tuturnya.

Fahri berpendapat apabila Partai Pendukung Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud benar-benar bergabung, latar belakangnya pasti bukan merujuk pada kepentingan nasional, melainkan pada amarah karena dukungan masyarakat yang terus menciut.

"Keinginan bersatu kedua kelompok dan partai ini pastilah bukan karena gagasan yang rasional, tetapi kepentingan dan kemarahan sesaat yang didorong oleh soal soal lain yang tidak strategis dan tidak berdasar kepada agenda dan kepentingan nasional," ucapnya.

Dengan angka elektabilitas yang terus menurun, Fahri meyakini hal ini sebagai tanda berakhirnya politik identitas yang tidak rasional dan hanya didasari emosi sesaat.