RN - Ratusan massa tergabung dalam Gerakan Masyarakat dan Pemuda Nusantara (GEMPAR) berunjuk rasa didepan Gedung DPR/MPR RI, Tanah Abang Jakarta Pusat, Kamis (7/3/2024).
Dalam aksinya, mereka menuntut menolak wacana hak angket DPR karena hanya akan digunakan sebagai alat untuk bargaining politik.
"Manuver politik untuk mendelegitimasi Pemilu 2024 melalui Hak Angket semakin menunjukkan bahwa Partai pengusung tidak siap kalah dan hanya mau menang. Sehingga perlu dipertanyakan kembali komitmen mereka terhadap demokrasi yang seharusnya menempatkan suara rakyat diatas kepentingan siapapun," tegas Koordinator Aksi, Ahmad.
DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025
PPP DKI Aja Ambruk, RIDO Bisa Kena Prank Sandiaga Uno?
Lebih lanjut, Ahmad berpesan agar semua pihak mendukung KPU, Bawaslu dan DKPP untuk bekerja sebagaimana mestinya secara independen tanpa adanya intervensi dari pihak manapun.
"Kalau ada yang tidak puas silahkan gunakan jalur konstitusional untuk mengajukan gugatan melalui Mahkamah Konstitusi bukan memprovokasi masyarakat untuk bergerak turun ke jalan apalagi mendorong Hak Angket yang jelas-jelas hanya akan memperkeruh situasi," jelasnya.
Ahmad mengatakan bahwa sudah waktunya melangkah kedepan, rekonsiliasi untuk bersama-sama membangun bangsa dan tidak berlarut-larut dalam konflik politik Pemilu 2024.
"Pemilu hampir selesai, mari kita terima hasilnya secara gentle dan sportif, karena hasil Pemilu adalah cerminan suara rakyat," katanya.
Lebih jauh, Ahmad menjelaskan bahwa Sirekap KPU merupakan aplikasi yang dibangun untuk memberikan akses kepada masyarakat agar bisa melakukan pengawasan proses penghitungan suara. Namun itu tidak dapat dijadikan sebagai hasil penghitungan suara Pemilu, penghitungan suara tetap mengacu pada hasil rekap manual yang dilakukan secara berjenjang dari tingkat TPS, Kecamatan dst.
"Sehingga tuntutan untuk melakukan audit Sirekap terkesan sia-sia dan hanya bagian dari penggiringan opini bahwa telah terjadi kecurangan Pemilu yang sejauh ini hanya sekedar isu dan masih sangat jauh serta sulit dibuktikan," tambahnya.
Selain itu, Ahmad kembali menegaskan fenomena kenaikan harga beras dan harga pangan saat ini adalah fenomena yang biasa terjadi menjelang bulan Ramadhan.
"Disini, Pemerintah selalu berhasil mengendalikan kenaikan harga pangan dan mengendalikan inflasi setiap tahun menjelang bulan ramadhan maupun menjelang Idul Fitri," pungkasnya.
Disela-sela aksinya, para pendemo nampak membawa alat peraga berupa spanduk dan poster yang bertuliskan 'Audit Sirekap Hanya Upaya Provokasi dan Penggiringan Opini tentang Kecurangan Pemilu yang Nyatanya Sulit Dibuktikan, Tolak Hak Angket Karena hanya akan digunakan sebagai Alat untuk Bargaining Politik, Dukung KPU - Bawaslu Bekerja secara Independen tanpa intervensi dari pihak Manapun'.
Juga ada tulisan spanduk lainnya 'Mari bangun Kembali Persatuan untuk Kemajuan Bangsa Indonesia Kedepan, Pendukung 01, 02, 03 sama - sama Rakyat Indonesia, untuk apa saling serang?!, Mari kita Bangun Kembali Ukhuwah jelang Ramadhan untuk Kepentingan Bangsa Kedepan, dan Dukung upaya pemerintah untuk mengedalikan harga pangan menjelang bulan Ramadhan'.