RN - Kebutuhan pokok terus melonjak. Setelah beras, telur dan gula kini yang ikut melonjak adalah harga minyak goreng (migor).
Bahkan beras masih menjadi momok emak-emak. "Beras parah, mahal dan langka," keluh Ayu, warga Sawangan, Depok, Jawa Barat, Rabu (13/3).
Emak dua anak ini mengaku, dirinya membeli beras yang harga di bawah Rp 13 ribu per liter tapi pas di masak malah hancur.
BERITA TERKAIT :Wahyu Suparyono Dirut Bulog, Semoga Erick Thohir Bukan Pilih Orang Yang 'Kaleng-Kaleng'
Jelang Pilkada, Jokowi Bakal Sawer Beras Lagi
Tapi Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan ternyata jago berkeit. Di Gedung DPR, Ketua Umum PAN ini mengaku, lonjakan harga tinggi tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga melanda di seluruh dunia.
“Harga beras yang tinggi tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi harga rata-rata internasional juga stabil tinggi,” kata Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/3).
Pria yang akrab disapa Zulhas ini menuturkan, harga beras tinggi salah satunya dipicu kebijakan larangan ekspor yang dilakukan Pemerintah India.
“Larangan ekspor India turut menjadi pemicu. Beras Thailand per Februari 2024, 610 dolar AS per ton, naik 32 persen dari periode yang sama tahun lalu,” ujarnya.
Selain itu, dampak buruk dari cuaca ekstrem atau El Nino membuat para petani gagal panen atau pergeseran panen, dan menyebabkan harga beras tinggi.
“Jadi harusnya kita Januari-Februari sudah panen raya, ini panen rayanya mundur. Kira-kira sekarang sudah tapi belum panen, kemungkinan April dan Mei,” imbuh Zulhas.
Berdasarkan data yang dipaparkan Zulhas, produksi beras pada Januari-Maret 2024 lebih rendah sekitar 2,82 juta ton dibanding periode yang sama pada tahun lalu.
“Akibatnya harga gabah naik menembus Rp8.000-Rp9.000 per kg di penggilingan,” tuturnya.
Untuk mengantisipasi harga beras semakin naik, Zulhas menyebut pemerintah akan melakukan percepatan realisasi impor untuk penguatan stok CBP menjelang hari besar keagamaan nasional (HBKN).
“Dan pengawasan intensif melalui pemantauan stok beras di penggilingan, distributor, dan retail modern,” demikian Zulhas.