Selasa,  22 October 2024

Mahasiswa Nilai Ada Fenomena Ijonkan APBD Demi Dulang Suara di Pilkada Kota Bekasi 2024

Yud
Mahasiswa Nilai Ada Fenomena Ijonkan APBD Demi Dulang Suara di Pilkada Kota Bekasi 2024
Ilustrasi-Net

RN - Persoalan isu mengijonkan kegiatan proyek Pemerintah kerap diberitakan. Hal serupa juga terjadi dan bukan isu APBD di ijonkan kepada kelompok masyarakat tertentu, dalam rangka mendulang dukungan suara pada pemilihan Wali/Wakil Wali Kota Bekasi.

Hal itu dikemukakan oleh Genta Raihan Ketua Gerakan Mahasiswa Bekasi (Germaksi), Minggu (20/10/2024).

“Jika proyek di ijonkan, mungkin itu isu. Tapi APBD di ijonkan, kepada kalangan tertentu dengan membarter suara di Pilkada itu menjadi fenomena yang muncul,” tegas genta.

BERITA TERKAIT :
Dilantik Prabowo Lepas Hijab, Dosa-Dosa Eks Wakil Ketua DPRD DKI Dibeber
Ogah Hadir HUT Golkar, Darah Uu Gak 100 Persen Beringin Dan Gak Serius Maju Jadi Wali Kota Bekasi

Modus dulang suara dengan ijon APBD, kata Genta fenomena ini seperti yang terjadi di Pilkada Kota Bekasi.

“Salah satu contoh, calon Wakil Walikota Bekasi No 1 Sholihin kerap menjanjikan penambahan hibah dari APBD setiap berjumpa dengan Lembaga Organisasi kemasyrakatan tanpa mempertimbangkan rasionalitas,” kata genta

Cara politis dan populis di lakukan Sholihin 'Kalau Nggak Tabur Janji Nggak Menang'.

"Seakan mengatakan berikan dulu suaranya, kalau menang nanti masyarakat tinggal nagih,” papar Genta.

Menurut Genta, jadi dari awal janji politik Sholihin ini adalah barang busuk dengan dalih apapun tidak dibenarkan, akan merusak pengelolaan Anggaran yang di susun secara teknokratis oleh para Pejabat Pemerintah.

“Praktek seperti ini, hampir setiap periode kerap terjadi, hari ini kita selalu mendengar calon wakil walikota Bekasi Solihin selalu menjanjikan itu dalam kampanyenya,” ucap Genta.

Solihin yang kerap menjanjikan Anggaran dan peningkatan Anggaran, kata Genta, dia juga menjanjikan kepada RW akan memberikan Anggaran sebesar Rp 500 juta.

"Program tersebut akan bernuansa gratifikasi, mengingat program dalam bentuk dana dan dijanjikan sebelum ada regulasi yang detail terkait sistem pendanaan menggunakan APBD, pada akhirnya APBD menjadi bancakan dan ujungnya prilaku koruptif merajalela,” papar Genta.

Genta menegaskan bahwa kandidat Heri - Sholihin berada dalam tekanan yang sulit untuk bisa memenangkan pertempuran perebutan kekuasaan dengan mengadu gagasan yang produktif.

“Jika kandidat merasa tertekan jurus dewa mabuk obral APBD dengan tujuan asal menang dan halalkan segala secara, dan ini jelas kandidat yang miskin gagasan dan tak mampu merebut simpati masyarakat dengan gagasan yang visioner,” pungkas Genta.