Jumat,  22 November 2024

Berawal Dari Bogota Muncul Busway dan MRT, Monorail Apa Kabar? 

NS/RN/CR
Berawal Dari Bogota Muncul Busway dan MRT, Monorail Apa Kabar? 
Tiang Monorail yang hingga kini tak jelas.

RADAR NONSTOP - Jakarta sering dicap sebagai kota terpadat di dunia. Macet dan buruknya polusi selalu melekat dalam bingkai ibukota. 

Untuk melepas cap macet maka dibutuhkan transportasi publik yang nyaman dan digemari masyarakat. Munculah ide agar Pemprov DKI Jakarta belajar ke Bogota, Ibukota Kolombia. 

Dari sinilah cikal bakal transportasi publik Jakarta untuk mengganti bus angkutan yang reot dan sumpek. 

BERITA TERKAIT :
Sinergi Bank DKI dan MRT Jakarta Resmikan Penamaan Stasiun Bundaran HI Bank DKI
Jakarta Gak Ada Duit, Mimpi Benyamin Soal MRT Masuk BSD Amsiong

Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso saat menghadiri acara persemian MRT pada Minggu (24/3) mengaku, dirinya menggagas MRT pada 15 tahun lalu.

Pada tahun 2003 kata dia, dirinya sudah berpikir bagaimana mengatasi macet saat itu. Sebab dalam survei yang dilakukan pakar transportasi, hanya 20 persen kendaraan umum di Jakarta. Sisanya sebesar 80 persen merupakan kendaraan pribadi.

Ia memaparkan, presentase tersebut belum termasuk kendaraan pribadi yang masuk ke Jakarta dari kota-kota sekitar.

"Dari Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi sebesar 600.000 kendaraan masuk di Jakarta. Itu 15 tahun lalu. Kalau sekarang mungkin sudah jutaan. Ketika ditanya kenapa pakai kendaraan pribadi, dijawabnya karena tidak ada kendaraan lain yang layak selain punya sendiri," papar tokoh yang kerap disapa Bang Yos itu.

Maka saat itu Sutiyoso mengambil langkah untuk studi banding ke beberapa kota di luar negeri, salah satunya adalah Bogota, Ibu Kota Kolombia.

"Saya belajar dari sana, dan bahkan datangkan pakar asal Bugota untuk bekerja bersama pakar transportasi kita. Mengapa Bogota? Karena negara ini persis seperti Jakarta semrawutnya. Tapi mereka bisa selesaikan masalah itu dengan membuat kendaraan umum yang representatif," kata Sutiyoso.

Kendaraan umum representatif menurut Sutiyoso adalah kendaraan pengangkut massal yang aman, nyaman, tepat waktu dan terjangkau.

Maka saat itu, lanjut Sutiyoso, ia membuat 4 perencanaan kendaraan umum representatif.

"Bawah tanah adalah MRT, di atasnya ada busway, di atas busway ada monorel, lalu sebagai alternatif adalah water way, jadi memanfaatkan kali di Jakarta untuk lewat transportasi, tapi itu alternatif saja," ungkapnya.

Sutiyoso juga memberi alasan tentang lamanya proses pembangunan MRT.

"Memang tidak bisa cepat, karena ada risetnya lama. Harus mencari tahu apakah tipe tanah di Jakarta cocok untuk dibangun MRT, lalu mencari investor, sebab ini proyek dengan nilai investasi besar," terangnya.

Momen diresmikannya MRT menurut Sutiyoso spesial untuknya. Ia pun mengucapkan terima kasih pada Gubernur DKI penerusnya mulai dari Fauzi Bowo, Jokowi, Basuki Tjahaja, Djarot Saiful dan Anies Baswedan.

"Terima kasih kepada beliau-beliau, karena sudah merealisasikan mimpi saya," pungkasnya.

Sementara monorail hingga saat ini belum jelas. Tiang pancang yang sudah terpasang di Senayan dan Kuningan hanya menjadi saksi bisu. 

Di kawasan Senayan, tiang pancang monorail kini dimanfaatkan untuk iklan media luar ruang. Hingga berita ini diturunkan belum ada kepastian kapan transportasi itu akan dilanjutkan.