Minggu,  19 May 2024

40 Anggota DPRD DKI Keok di Dapil, Bisa Jadi Pengangguran Nih Ye

NS/RN
40 Anggota DPRD DKI Keok di Dapil, Bisa Jadi Pengangguran Nih Ye
Ichwan Zayadi saat dilantik menjadi Wakil Ketua DPRD DKI gantikan Haji Lulung.

RADAR NONSTOP - 2019 bisa dikatakan era apes. Ditahun Shio Babi Tanah ini ternyata tidak membawa hoki buat 50 anggota DPRD DKI Jakarta yang kembali maju sebagai caleg.

Dari hasil kajian radar nonstop dan berdasarkan hitungan di PPK banyak caleg incumbent yang gagal. Umumnya para caleg incumbent gagal bersaing dengan para pendatang baru.

Jika ditotal ada sekitar 40 caleg incumbent gagal masuk Kebon Sirih. Kegagalan para caleg disebabkan beberapa faktor. Misalnya terlalu cuek dengan konstituen saat menjabat.

BERITA TERKAIT :
KPU Galau, Caleg Yang Mau Maju Kepala Daerah Bingung...
Jago PAN Di Pilkada DKI, Pengamat: Desi Ratnasari Lebih Laku Dan Zita Cuma Aktif Di Medsos 

Ada juga yang tidak mau reses padahal dapat dana reses. Selain itu karena tren partainya ambruk di Jakarta.

Nah, yang paling parah adalah caleg incumbent dari PPP dan Hanura. Kedua partai ini diprediksi sulit membentuk fraksi.

Begitu juga dengan Golkar. Partai Beringin ini harus kehilangan sekitar 4-5 kursi. Di 2014, Golkar berhasil menyabet 9 kursi dan kini tersisa 4 kursi.

Fenomena caleg incumbent gagal bukan hanya terjadi di Hanura, PPP dan Golkar. Hampir semua partai seperti PDIP, Gerindra, PKS dan Nasdem serta Demokrat juga gagal meraih suara signifikan.

Di Demokrat misalnya Santoso yang maju sebagai Caleg DPR RI diperkirakan gagal masuk Senayan. Ketua Demokrat Jakarta ini bertarung di Dapil Jakbar, Jakut dan Pulau Seribu.

Lalu, ada mantan Walikota Jakpus Petra Lumbun. Caleg PDIP yang berlaga di Dapil DKI 10 ini perolehan suaranya anjlok.

Begitu juga dengan politisi senior Golkar, Zainuddin alias Oding dan Ashraf Ali. Keduanya kandas karena partainya tidak mendapatkan kursi.

Nasib apes juga dialami Tandanan Daulay serta Fatih R Siddiq. Dua politisi Golkar ini harus puas menjadi penonton hingga 2024.

Lalu, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra Jakarta Selatan sekaligus caleg incumbent Nuraida tumbang di tangan pendatang baru Esti Arimi Putri di Daerah Pemilihan (Dapil) 7 Jakarta Selatan, yang meliputi Kecamatan Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Cilandak, Pesanggrahan, dan Setiabudi.

Belum lagi nama Wakil Ketua DPRD DKI  Ichwan Zayadi. Politisi PPP pengganti Haji Lulung ini diprediksi juga gagal melenggang ke Kebon Sirih.

Hingga saat ini, proses penghitungan suara dari hasil pleno PPK (kecamatan) masih digelar KPU DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Kuningan, Jaksel.

Dicueki Koalisi

Gagalnya caleg incumbent kembali terpilih dan keok dengan pendatang baru menjadi momok di Kebon Sirih. Partai koalisi Jokowi seperti Hanura, NasDem, Golkar dan PPP mengaku kalau pemilu serentak tak seindah yang dibayangkan.

Apalagi, dalam tubuh koalisi di tingkat Jakarta tidak berjalan harmonis. Ada kesan hanya satu partai yang mendominasi.

"Kami tidak dilibatkan 100 persen dalam koalisi. Makanya hancur suara, ya misalnya dana saksi," keluh politisi PPP dan Hanura yang namanya enggan ditulis.

Dominasi satu partai di Jakarta pada koalisi Jokowi-Amin kata dia, membuat caleg incumbent kedodoran. "Apalagi basis pemilih PPP adalah Islam dan Betawi. Kami berat di dapil karena berjuang sendiri," ungkapnya.

Harusnya sebagai koalisi sesama partai bisa saling membantu. "Yang hancur kami. Kalau partai yang mendominasi menang mereka, ini pelajaran. Kami seperti ditinggal," aku politisi Golkar.