Sabtu,  18 May 2024

Tangkuban Parahu, Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi

RN/CR
Tangkuban Parahu, Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi
-Net

RADAR NONSTOP - Kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi mungkin dipercaya oleh sebagian orang di wilayah Subang dan Bandung menjadi ikhwal terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu.

Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang dilakukan Van Bemmelen (1934) dapat diketahui bahwa Tangkuban Parahu terbentuk setelah meletusnya Gunung Sunda Purba. 

Gunung Sunda ini meledak dengan hebat sekitar 50.000 tahun yang lalu. Begitu hebatnya sehingga meninggalkan lubang menganga dengan diameter 5-10 km. Lubang menganga bekas letusan tersebut di beri nama kaldera sunda. 

BERITA TERKAIT :
Orang Jabodetabek Yang Gak Mudik Bakal Habiskan Duit Di Bandung 
Atalia Praratya Didorong Golkar Untuk Wali Kota Bandung, Dinasti Baru Di Jawa Barat?

Di dalam kaldera sunda inilah terbentuk gunung baru, yaitu Tangkuban Parahu. Proses terbentuknya gunung ini sama halnya dengan anak gunung krakatau yang lahir tahun 1927.

Dalam sejarahnya Tangkuban Parahu sudah beberapakali meletus. Namun, dalam kurun waktu hampir 200 tahun ini gunung Tangkuban Parahu tidak pernah meletus hebat. Erupsi Tangkubanparahu dewasa ini tergolong fasa C (masih dalam tahap pembentukan/pertumbuhan gunung), berupa erupsi esplosif yang kecil-kecil saja dan kadang-kadang diselingi oleh erupsi freatik. Secara nyata ikhtisar erupsinya dapat diuraikan sebagai berikut:

• Tahun 1829: Letusan berupa abu dan batu dari Kawah Ratu dan Domas.

• Tahun 1846: Terjadi peningkatan kegiatan.

• Tahun 1896: Terbentuk fumarol baru di sebelah utara Kawah Badak dari Kawah Ratu.

• Tahun 1910: Kolom asam membumbung setinggi 2 Km di atas dinding kawah, letusan berasal dari Kawah Ratu.

• Tahun 1926: Letusan freatik di Kawah Ratu membentuk lubang Ecoma.

• Tahun 1935: Lapangan fumarol baru disebut Badak terbentuk, 150 m ke arah selatan baratdaya dari Kawah Ratu

• Tahun 1952: Letusan abu didahului oleh letusan hidrotermal freatik

• Tahun 1957: Letusan freatik di Kawah Ratu, terbentuk lubang kawah baru

• Tahun 1961: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu

• Tahun 1965: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu

• Tahun 1967: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu

• Tahun 1969: Letusan freatik didahului letusan lemah yang menghasilkan abu

• Tahun 1971: Letusan freatik

• Tahun 1983: Awan abu membumbung setinggi 150 m di atas Kawah Ratu.

• Tahun 1992: Peningkatan kegiatan kuat dengan gempa seismik dangkal dan letusan freatik kecil

• Tahun 1994: Letusan freatik di kawah baru

• Tahun 1999: Peningkatan aktivitas

• Tahun 2002: Peningkatan aktivitas

• Tahun 2005: Peningkatan aktivitas

• Tahun 2013: Beberapa kali terjadi peningkatan aktivitas (Februari, Maret, Oktober). Sejarah baru terjadi dengan 11 kali letusan freatik dalam kurun waktu 4 hari (5-10 Oktober 2013)

• Tahun 2019:  Gunung tangkubanparahu kembali mengalami erupsi jumat sore (26/7/2019) pukul 15:48 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 200 m di atas puncak (± 2.284 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan selatan. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 38 mm dan durasi ± 5 menit 30 detik.