Jumat,  03 May 2024

Gema Masyumi Bermaklumat

Pemilu dan Pilpres Jangan Membuat Umat Islam Pecah

Agus Supriyanto
Pemilu dan Pilpres Jangan Membuat Umat Islam Pecah

RADAR NONSTOP - Gerakan Muda Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Gema Masyumi) membuat maklumat. Salah satu isi maklumat tersebut adalah pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan Presiden (Pilpres) jangan sampai membuat umat Islam terpolarisasi (pecah).

Maklumat itu dibuat di Masjid Al Fataa, Jl. Menteng Raya, No. 58, Jakarta, 10 Muharram 1440 H – 20 September 2018. Dalam rilis maklumat yang dikirim ke Radar Nonstop, Jumat (21/9/2019), disebutkan, dengan memohon rahmat dan ridha Allah SW, Majelis Syuro Muzakarah Generasi Muda Islam “GEMA MASYUMI” berpandangan bahwa Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden RI yang merupakan bagian dari proses demokrasi harus dilandasi akhlak mulia.

"Polarisasi yang mengancam kehidupan kebangsaan, intoleransi, radikalisme, praktik politik uang dan bentuk transaksional lainnya harus dihentikan. Indonesia harus terjaga dari segala bentuk disintegrasi," demikian bunyi maklumat tersebut.

BERITA TERKAIT :
Panen Dukungan: Aksi AMUK RI Bagi Bunga Mawar & Tanda Tangan di Kain Putih Panjang Ajak Masyarakat Bersatu Setelah Pilpres 2024
Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden Dan Wapres, Jalan Imam Bonjol Bakal Macet Parah

Selanjutnya, umat Islam selaku mayoritas memiliki peran strategis dalam integrasi sosial sekaligus menjadi kekuatan kohesi nasional. "Ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah harus menjadi 'vaksin imunisasi' dalam liberalisasi kehidupan politik, ekonomi, dan budaya. Peringatan Allah SWT bahwa kerusakan di muka bumi terjadi karena ulah-tangan manusia, serta hancurnya suatu negeri karena ada sosok-sosok 'al-mutrafun' yang selalu berbuat anarki, rakus, dan kesewenang-wenang dan itu harus diwaspadai dengan seksama," ucapnya.

Lalu, disebutkan, eksistensi Indonesia tidak cukup memadai hanya bermodalkan idiom verbal yang cenderung formalistik dan simbolik. "Berindonesia meniscayakan jiwa, pikiran, dan pola tindak yang nyata dengan membuktikan bahwa kata sejalan dengan tindakan. Di dalamnya terdapat keteladanan dan jiwa kenegarawanan dari seluruh elite negeri dan tokoh bangsa," tukasnya.

Kemudian, pemuda-pemuda Islam harus menjadi pemersatu di tengah kemajemukan bangsa yang sarat dinamika. "Hak politik perlu digunakan secara cerdas dan bijaksana dengan dilandasi pertimbangan rasional dan nilai-nilai Islami menuju Darul Ahdi Wasyahadah, Indonesia yang berkemajuan. Momentum Muharram perlu dimaknai sebagai muhasabah dalam menentukan ijtihad politik berlandaskan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terangkum dalam Piagam Madinah," demikian bunyi lengkap maklumat yang dikumandangkan Majelis Syuro Muzakarah Generasi Muda Islam Masyumi.

Adapun, Majelis Syuro Muzakarah Generasi Muda Islam Masyumi ini merupakan kumpulan beberapa organisasi kepemudaan Masyumi. Mereka yang membuat maklumat itu adalah Diko Nugraha (Gerakan Pemuda Islam), Chairul Razak (Pemuda Matahari Bangsa). Azanil Kelana (Pemuda Bulan Bintang).

Berikutnya, Bintang W. Saputra (Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia), Hilman Ismail Metareum (Generasi Muda Pembangunan Indonesia), Chandra Halim (Pertahanan Ideologi Syarikat Islam), Ishak Ali Muda (Ikatan Pelajar Al Washliyah), Ahmad Nawawi (Generasi Muda Mathla’ul Anwar). Lalu, Sabilal Rasyad (Pemuda Baitul Muslimin Indonesia), Mariyam Sahar (Angkatan Putri Al Washliyah), Hasanudin Sandi (Pemuda Islam), Ton Abdillah (Angkatan Muda Majelis Dakwah Islamiyah), Muhammad Sadig (Himpunan Pemuda Al Khairat), Ardiansyah Saragih (Generasi Muda Al Ittihadiyah).

Saat dihubungi Radar Nonstop, Ketua Umum Generasi Muda Pembangunan Indonesia, Hilman Ismail Metareum mengatakan, politisasi keikhlasan umat demi politik pragmatis dengan menabrak etika dan adab itu tidak baik. "Lalu menyangkut liberalisasi politik dengan sistem suara terbanyak itu juga tidak baik. Kalau betul prinsip Islam yang dipakai, maka seharusnya kursi itu suara kolektif. Seharusnya, polarisasi itu menghargai suara kandidat yang tidak terpilih," ucapnya.

Sementara itu, Sekjen Gerakan Pemuda Islam (GPI), Diko Nugraha menyatakan, selaku elemen Gema Masyumi, pihaknya ingin mengembalikan marwah islam yaitu agar tercipta ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyah. "Kita tidak ingin terjebak polarisasi. Kita tetap satukan umat Islam sesuai ajaran Al Quran dan As sunah. Umat tidak boleh terjebak dalam polarisasi pada pesta demokrasi Pileg, Pemilu, Pilpres atau apa pun namanya. Jangan terjebak pada partisan semua itu. Gema Masyumi hadir untuk mengembalikan marwah itu," tandas Diko.