RADAR NONSTOP - Mudik bisa membawa gelombang kedua Corona. Saat ini diduga sudah ada 1,7 juta orang dari Jabodetabek yang mudik.
Jika pemudik itu balik lagi maka cenderung membawa gelombang Corona. Analisa itu diungkap Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI).
FKM UI menduga ada 1,7 juta orang yang sudah mudik dari Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) ke kampung halamannya. Bila balik lagi usai Lebaran, mereka berpotensi membuat wabah Corona episode kedua tapi dengan puncak kurva yang tidak tinggi.
BERITA TERKAIT :391 Ribu Kendaraan Mudik, Jakarta Tetap Macet
Arus Mudik Nataru Dongkrak Ekonomi Daerah, Perputaran Duit Bisa Tembus Puluhan Triliun
"Bahaya gelombang kedua. Ini harus diwaspadai," tegas Epidemiolog FKM UI Iwan Ariawan dalam webinar publik Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rabu (20/5/2020).
Dia mempresentasikan 'Proyeksi Epidemi COVID-19 dan Evaluasi Pelaksanaan PSBB di Indonesia', disusun oleh tim FKM UI yang terdiri dari dirinya, Pandu Riono, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril.
"Masalah satu lagi adalah kita bisa punya Wabah episode dua, karena yang mudik ini kembali. Kalau kita lihat di Jakarta ini kasusnya sudah mulai menurun, nanti dia bisa naik lagi. Mungkin naiknya tidak setinggi awal, tapi ini bisa naik lagi, bisa ada puncak lagi, karena ada pemudik yang kembali ke Jabodetabek," kata Iwan.
Berdasarkan sumber data dari Facebook Geoinsight, tim memperkirakan ada 34,9 juta orang di Jabodetabek pada 1 Januari hingga 29 Maret. Namun jumlah itu menyusut mulai 5 April karena sebagian sudah meninggalkan Jabodetabek.
Pada 3 Mei, tersisa 33,2 juta orang di Jabodetabek. Sisanya, yakni 1,7 juta orang, sudah mudik ke luar Jabodetabek.
Dengan banyaknya orang yang mudik ke wilayah lain di Pulau Jawa, angka orang yang terjangkit COVID-19 dan butuh perawatan juga bertambah di kawasan Pulau Jawa di luar Jabodetabek. Bila tanpa mudik, angka COVID-19 yang butuh perawatan rumah sakit (RS) di wilayah Jawa non-Jabodetabek lebih dari 750 ribu orang.
Bila dengan mudik, angka COVID-19 yang butuh perawatan RS di wilayah Jawa non-Jabodetabeik menjadi 1 juta orang. Di Jawa non-Jabodetabek, puncak kasus COVID-19 per hari yang perlu perawatan RS bakal dimulai pada pekan kedua bulan puasa dengan puncak saat lebaran (1 Syawal 1441 H).
Tanpa mudik, puncak kasus per hari yang butuh RS ada 30 ribu kasus per hari. Dengan mudik, puncak kasus per hari yang butuh RS ada 40 ribu per hari.
Tidak semua yang mudik itu kembali ke Jabodetabek karena ada faktor ketidakpastian pekerjaan. FKM UI membuat asumsi, 20% penduduk yang mudik ke Jawa akan kembali ke Jabodetabek. Mereka membawa tambahan sehingga yang ke Jabodetabek menjadi 25%.
Diperkirakan, dengan skenario tanpa mudik, kasus COVID-19 yang perlu perawatan RS di Jabodetabek sebanyak 222.000 orang. Dengan skenario mudik, kasus COVID-19 yang perlu perawatan RS di Jabodetabek sebanyak 235 ribu.
Puncak gelombang Corona episode 2 ini bakal terjadi usai 31 Mei. Puncak itu jauh lebih rendah dari puncak kurva Corona episode 1 di Jabodetabek yang diprediksi terjadi pada Mei dengan 8.000 kasus.