Senin,  30 December 2024

Gagal Berangkat, Jamaah Haji: Ambyar... Dah 

NS/RN/NET
Gagal Berangkat, Jamaah Haji: Ambyar... Dah 
Ilustrasi jamaah haji.

RADAR NONSTOP - Jamaah haji 2020 resmi gagal berangkat. Pembatalan ini terkait COVID-19 dan belum ada kepastian dari Kerajaan Arab Saudi. 

Sobri, jamaah haji asal Jakarta mengaku, dirinya hanya bisa bersabar. "Mungkin bukan jalannya. Dan inikan musibah se-dunia. Yang pasti ambyar dah," akunya kepada wartawan, Selasa (2/6). 

Begitu juga dengan Rono. Jamaah asal Bekasi ini mengaku, ia dan istri sebenarnya sudah siap. "Ambyar dan asmiong lah. Mau gimana lagi," tukasnya. 

BERITA TERKAIT :
Roberto Mancini Menyesal Lepas Timnas Italia 
Piala Dunia 2034 Digelar di Arab Saudi

Diketahui, Kementerian Agama (Kemenag) membatalkan keberangkatan jamaah haji lantaran wabah virus Corona yang tak kunjung selesai.

Selain itu, kepastian dari kerajaan Arab Saudi terkait jamaah haji juga belum jelas. Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan, pembatalan karena pandemi COVID-19.

"Karena pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh dunia dapat mengancam keselamatan jemaah. Agama mengajarkan, menjaga jiwa adalah hal yang harus diutamakan," kata Menteri Agama Fachrul Razi dalam konferensi pers yang disiarkan kanal YouTube Kemenag, Selasa (2/6/2020).

Fachrul menjelaskan pihaknya telah melakukan kajian tentang ibadah haji di saat pandemi pada masa lalu. Dia mengungkapkan, ibadah haji juga pernah ditutup karena adanya wabah menular.

"Didapatkan fakta bahwa penyelenggaraan ibadah haji pada masa terjadinya wabah telah mengakibatkan tragedi kemanusiaan di mana puluhan ribu jemaah haji menjadi korban, kita tahu Saudi Arabia pernah menutup haji, ibadah haji tahun. Pada tahun 1814 karena wabah Thaun, tahun 1837 dan 1858 karena wabah epidemi, 1892 karena wabah kolera, 1987 karena wabah meningitis. Indonesia juga pernah menutup karena pertimbangan masalah agresi Belanda tahun 1946, 47 dan 48. Menteri Agama Fathurrahman Kafrawi mengeluarkan matlumat Kementerian Agama Nomor 4 Tahun 1947 tentang Penghentian Ibadah Haji di masa perang itu," papar dia.

Pembatalan dilakukan juga lantaran tidak adanya kepastian dari Arab Saudi. Fachrul mengatakan tidak adanya kepastian itu membuat pemerintah Indonesia tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan persiapan terkait pelayanan dan perlindungan jemaah.

"Waktu terus berjalan dan semakin mepet. Rencana awal kita, keberangkatan kloter pertama pada 26 Juni. Artinya, untuk persiapan terkait visa, penerbangan, dan layanan di Saudi tinggal beberapa hari lagi. Belum ditambah keharusan karantina 14 hari sebelum keberangkatan dan saat kedatangan. Padahal, akses layanan dari Saudi hingga saat ini belum ada kejelasan kapan mulai dibuka," tutur Fachrul.

"Jika jemaah haji dipaksakan berangkat, ada risiko amat besar yaitu menyangkut keselamatan jiwa dan kesulitan ibadah. Meski dipaksakan pun tidak mungkin karena Arab Saudi tak kunjung membuka akses," imbuhnya.

Hal senada disampaikan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Nizar Ali. Nizar menjelaskan pembatalan itu dilakukan karena, dalam komunikasi terakhirnya, pemerintah Arab Saudi belum juga memberikan kepastian.

"Sampai surat terakhir tanggal 1 kemarin yang dikirimkan kepada Kemenag, bahwa komunikasi langsung dengan Menteri Haji tidak bisa memastikan. Bahkan dalam surat itu belum ada kepastian apakah haji ini bisa diselenggarakan atau tidak. Karena melihat kondisi perkembangan COVID yang tidak kunjung selesai," kata Nizar.

Nizar mengatakan tidak adanya kepastian dari Arab Saudi itu membuat pemerintah Indonesia tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan persiapan, tertama dalam hal pelayanan dan perlindungan calon jemaah haji.

"Pak Menteri tadi sudah menyampaikan, karena dihitung mundur dari 26 Juni hingga 2 Juni itu masih tersisa 24 hari, sementara butuh pengurusan visa, kesehatan, dan karantina, dan sebagainya," kata Nizar.