RADAR NONSTOP - Warga sekitar UPST (Unit Pengelolaan Sampah Terpadu) Bantar Gebang menjerit. Air sumur artetis yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan warga terdampak UPST tidak bisa dikonsumsi.
Padahal, anggaran pembangunan sumur artetis tersebut sangat fantastis, Rp20 miliar untuk 5 sumur, diambil dari dana Bandek (Bantuan DKI Jakarta), kompensasi bau sampah warga Ibukota.
Warga Kelurahan Ciketing Udik mengeluh dengan jaringan air artesis yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat, air yang mengalir keluar hanya disaat pagi, siang, sore dan malam itu pun di atur dengan jam tertentu saja.
BERITA TERKAIT :Sampah Makanan Lebaran Warga Jakarta 66 Ribu Ton, Warga Bekasi: Bau Busuk Makanan Basi
TPST Bantargebang Bekasi Terbakar, Jakarta Bisa Jadi Lautan Sampah?
Sarin Sunardi Ketua RW 04 Kelurahan Ciketing Udik didampingi Ketua RT 02 Samud Samsudin dan warga serta pemuda Karang Taruna, Sarin mengatakan, di RW 04 harus ada tambahan sumur artesis karena titik lokasi sumur artesis berada di wilayah RT 01 RW 05 Kelurahan Ciketing Udik yang tidak sampai ke warganya.
"Warga RW 04 masih banyak yang belum mendapat sambungan pipa sumur artesis, selain itu juga banyak warga yang mengeluh air artesis bisa di dapatkan warga pagi hari, siang, sore dan malam dengan waktu tertentu, airnya tidak bisa di kosumsi karena air tidak jernih kalau air Artesis harusnya jernih dong," ucap Sarin.
Sementara Rian Ketua Lembaga Komunitas Pengawas Korupsi LKPK DPC Kota Bekasi, menegaskan anggaran pembangunan sumur artesis yang cukup pantastis dengan menelan anggaran mencapai satu titik sumur artesis Rp5 miliar.
"Harus warga sudah bisa memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga sekitar UPST Bantar Gebang tidak lagi mengeluh kekurangan air bersih apalagi kalau keluar airnya pake jadwal dengan jam - jam tertentu. Ini jelas airnya tidak bisa dikonsumsi, apa pekerjaannya asal jadi, dan juga saat kegiatan berjalan ada konsultannya," kata Rian.
Lanjutnya ia pun menegaskan terkait air artesis tersebut yang ia duga pekerjaan tersebut disinyalir asal jadi dan asal-asalan.
"Jelas faktanya, aliran air tidak efektif dengan baik dan airnya pun tidak bisa dikonsumsi oleh warga. Apa memang perencanaan ini tidak ada namanya pilter air, sebelum air distribusikan kepada warga," ungkapnya.
Diketahui, pembangunan sumur artetis tersebut dilakukan oleh Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Kota Bekasi pada tahun 2018.
Sumur artetis tersebut diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul dan Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi.
Namun saat ini, pengelolaan dan pemeliharaan sumut artetis tersebut tidak berjalan efektif. Alhasil warga Bantar Gebang pun tidak bisa menikmati air bersih hasil dari kompensasi bau sampah warga DKI Jakarta itu.