Sabtu,  23 November 2024

Jakarta Kenapa Kendor Lacak Virus Corona?

NS/RN
Jakarta Kenapa Kendor Lacak Virus Corona?
Ilustrasi

RN - Corona di Jakarta masih ganas. Lucunya, testing yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta malah menurun. 

Dalam sepekan, biasanya DKI melakukan testing mencapai lebih dari 90 ribu, namun saat ini hanya 68 ribu testing. Dinkes DKI mengklaim kalau testing itu masih tinggi dibandingkan dengan standar World Health Organization (WHO).

Dikutip dari data dari web corona.jakarta.go.id pada Jumat (16/4) malam, sebaran virus mematikan itu masih ganas. 

BERITA TERKAIT :
Pastikan Anak-anak Sudah Terimunisasi, Petugas Puskes se- Penjaringan Sweeping Polio
Coorna Makin Ngegas, Jakut Jaktim Jaksel Horor Tuh

Positif: 397.088 orang
Meninggal: 6.513 orang
Sembuh: 383.655 orang
Tingkat Kematian: 1,6% 
Tingkat Kesembuhan: 96,6%

Sementara untuk vaksinasi: 

Vaksin Dosis I : 1.615.457 (53,8%)
Vaksin Dosis II : 813.687 (27,1%)

Seperti diberitakan, dari hasil Survei SMRC yang menolak vaksinasi pada 28 Februari 2021 - 8 Maret 2021, kalau warga DKI tertinggi. 

- DKI Jakarta = 33 persen 
- Jawa Timur = 32 persen
- Banten = 31 persen
- Jawa Tengah = 20 persen

Jenis Kelamin Tolak Vaksin

Pria = 33 persen
Perempuan = 26 persen
Usia di bawah 25 tahun = 37 persen 
Usia 26-40 tahun = 28 persen 
Usia 41-55 tahun = 23 persen
Usia 55 tahun = 33 persen

Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti mengungkapkan rasio testing Covid-19 di Jakarta saat ini mengalami penurunan. Dalam sepekan, biasanya DKI melakukan testing mencapai lebih dari 90 ribu, namun saat ini hanya 68 ribu testing.

Namun demikian, Widyastuti mengatakan bahwa angka testing di Jakarta masih lebih tinggi dibandingkan dengan standar World Health Organization (WHO).

“Yang pertama kami sampaikan komitmen DKI untuk mempertahankan rasio testing tetap tinggi. Kami di pekan ini ada 68 ribu lebih testing seminggu sekali, angka ini lebih tinggi dari angka WHO,” ujarnya dalam dialog 'Protokol Kesehatan Bulan Ramadhan' secara virtual, Jumat (16/4/2021).

Padahal, kata Widyastuti, kapasitas Laboratorium di Jakarta lebih dari 100 ribu testing per hari.

“Tetapi angka itu tadi, turun. Meski pun masih ada di standarnya WHO, tetapi untuk standar DKI sendiri kita biasa lebih di 90 ribu. Kapasitas Lab kita mampu 100 ribu lebih. Tetapi pemanfaatannya masih 68 ribu,” katanya.

Widyastuti pun menjelaskan bahwa penurunan ini juga diakibatkan adanya kebijakan dari pemerintah pusat yang mengizinkan testing lewat rapid antigen.

“Jadi kalau saya sampaikan ada dua metode testingnya yakni melalui PCR, di mana persentase kasusnya sepekan 9,6%. Sedangkan melalui rapid antigen sekitar 3 ribu, dan 2% persentasenya. Meskipun rapid antigen ini tentu harus diulang dengan PCR,” kata Widyastuti.

Widyastuti mengingatkan agar masyarakat tidak terlena dengan hasil tes negatif dari pemeriksaan antigen.

“Pesannya yang sangat penting adalah mungkin kami khawatir warga kita begitu di tes dengan rapid antigen negatif, terus merasa tenang. Nah ini yang membuat kita sedikit khawatir. Itu yang selalu kita pesankan, sangan terlena dengan pemeriksaan antigen. Jangan terlena begitu negatif dengan antigen kemudian merasa sehat,” tegasnya.