Kamis,  25 April 2024

Banyak Yang Bangkrut, Jangan Malu Jadi Orang Miskin

NS/RN/NET
Banyak Yang Bangkrut, Jangan Malu Jadi Orang Miskin
Ilustrasi

RN - Pandemi Covid-19 banyak orang yang bangkrut. Si pengusaha anjlok dan pekerja kena PHK.

Akibatnya, ada sekitar 75-80 juta orang di Asia jatuh dalam jurang kemiskinan ekstrem, dengan pendapatan di bawah 1,90 dolar AS per hari. Hal itu berdasarkan Asian Development Bank (ADB) dalam laporannya, Selasa (24/8).

Untuk itu jika Anda korban PHK dan saat ini jatuh miskin sebaiknya tidak malu. Sebab, untuk keluar dari jurang kemiskinan harus tetap semangat dan berusaha.

BERITA TERKAIT :
Korupsi Covid-19 Di Kemenkes, KPK Jangan Ragu Borgol Para Pemain APD?
APD Covid-19 Dikorupsi, Anggota DPR Ihsan Yunus Pakai Masker Ke KPK?

Dalam laporan “Key Indicators for Asia and the Pacific 2021 ADB” pencapaian target “Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” di Asia Pasifik terancam dengan pandemi ini.

“Pandemi ini meningkatkan ketidaksetaraan, kemiskinan ekstrem. Sementara kemajuan di bidang penanganan kelaparan, kesehatan, dan Pendidikan juga terhenti,” ujar siaran pers ADB, Selasa (24/8).

Menurut laporan itu, sekitar 203 juta orang atau 5,2 persen dari populasi Asia hidup dalam kemiskinan ekstrem pada 2017. Menurut ADB, jumlah tersebut bisa turun menjadi sekitar 2,6 persen pada 2020 jika tidak ada pandemi Covid-19.

“Kemajuan di Asia Pasifik sebenarnya cukup mengesankan, namun pandemi membuat patahan sosial ekonomi yang melemahkan pembangunan berkelanjutan di kawasan ini,” kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada.

Menurut dia, agar tetep bisa mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada 2030, para pengambil kebijakan harus memanfaatkan data berkualitas tinggi dan tepat waktu. Hal itu harus dilakukan untuk memastikan bahwa pemulihan bisa menjangkau semua warga, terutama yang miskin dan rentan.

Menurut ADB, ekonomi Asia pasifik tumbuh dengan kecepatan penuh dalam beberapa tahun terakhir dan berkontribusi hingga 35 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) global pada 2019. “Covid-19 berdampak pada investasi domestik yang melambat dan melemahnya perdagangan dan aktivitas ekonomi global,” ujar dia.

Menurut data ADB, hanya 1 dari 4 negara yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu.

“Kawasan ini kehilangan sekitar 8 persen jam kerja karena pembatasan mobilitas, yang sangat mempengaruhi rumah tangga dan pekerja yang lebih miskin di sektor informal,” ujar ADB.