Jumat,  22 November 2024

Sumur Resapan Ditolak, DPRD DKI Senang Kalau Rakyat Kebanjiran 

NS/RN
Sumur Resapan Ditolak, DPRD DKI Senang Kalau Rakyat Kebanjiran 
Pembangunan sumur resapan di DKI.

RN - Rencana pembanunan sumur resapan dihadang DPRD DKI Jakarta. Ada kesan, para politisi Kebon Sirih itu senang jika rakyat Jakarta kebanjiran. 

Berdasarkan kajian para ahli tata kota, DKI Jakarta membutuhkan sekitar 1,8 juta sumur resapan. Sumur ini dinilai efektif menghadang volume air jika terjadi hujan deras. 

"Ini DPRD lagi ngaco-ngaco. Mereka nampaknya senang kalau Jakarta banjir dan kelelep," tegas Ketua Forum Pemuda Peduli Jakarta (FPPJ) Endriansah kepada wartawan, Kamis (25/11).

BERITA TERKAIT :
Meski Diguyur Hujan, Dukcapil Penjaringan Tetap Gelar Pelayanan di Pos RW 17
Bakal Dihajar Hujan, Warga Jakbar Harus Tingkatkan Kewaspadaan Terhadap Banjir

Rian sapaan akrabnya, dengan dipangkasnya anggaran sumur resapan maka bukti kalau dewan itu enjoy dan bahkan bahagia kalau warga ibu kota kebanjiran. "Sikap manuver DPRD ini menjadi bukti kalau politisi tak peduli rakyat," tukasnya.

Rian mengaku, DPRD dalam rapat Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) APBD 2022, mengurangi anggaran sumur resapan yang awalnya dari Rp 320 miliar kemudian dikurangi menjadi Rp 120 miliar.

"Kita sudah cek kalau sumur resapan jalan. Di Fatmawati sudah terlihat fungsinya, kamanya dewan itu blusukan dong jangan duduk dan ngoceh-ngoceh doang bisanya," tukas Rian. 

Dalam menghadapi banjir kata dia, DPRD dan Pemprov DKI Jakarta harus bahu membahu. Per Februari 2021, tercatat 3.964 titik sumur resapan yang baru dibangun. "Ini sudah berjalan efektif. Saya harap dewan tidak lagi bermain politik tapi harus peka pada kebutuhan rakyat," tukasnya.

62 Persen Dipangkas

Sekretaris Komisi D DPRD DKI Syarif menuturkan pihaknya memangkas 62 persen pengajuan anggaran Pemprov DKI dalam pengadaan sumur resapan dalam Rancangan APBD DKI tahun 2022.

Pengurangan anggaran ini dilakukan usai lima fraksi DPRD DKI meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengevaluasi program sumur resapan yang dibuat selama ini karena dianggap kurang efektif mengendali banjir.

"Anggaran sumur resapan dikurangi, dari Rp322 miliar, tinggal sisa Rp120 miliar," kata Syarif saat ditemui di gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Selasa, 23 November.

Syarif mengungkapkan, pemotongan anggaran pembuatan sumur resapan di tahun depan dilakukan dengan pertimbangan pandemi COVID-19. Saat ini, pendapatan daerah Pemprov DKI masih defisit akibat kondisi perekonomian belum pulih seluruhnya akibat pandemi.

Terkait anggapan sumur resapan kurang efektif, Syarif enggan berkomentar. Sebab, menurut dia, pihak yang pantas menilai efektivitas sumur resapan adalah orang yang ahli di bidangnya.

"Di rapat-rapat (DPRD) itu banyak ngomong begitu, tidak efektif. Ya, boleh saja orang berpendapat, tapi tolong buktikan secara teknis keilmuan," ujar Syarif.

Kepung Air Hujan 

Sumur resapan yang digeber Anies Baswedan untuk menampung air hujan. Metode ini adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan.

Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah peresapan air di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olahraga serta fasilitas umum lainnya.

"Konsep sumur resapan kan sudha jelas. Dan ini merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan," ujar Rian.

Beberapa fungsi sumur resapan bagi kehidupan manusia menurut Rian adalah sebacial pengendali banjir, melindungi dan memperbaiki (konservasi) air tanah, serta menekan laju erosi.