Selasa,  14 May 2024

Imbasnya Ke Eropa

Putin Tak Gentar Lawan Koalisi Ukraina, NATO Mulai Ketar-Ketir 

NS/RN
Putin Tak Gentar Lawan Koalisi Ukraina, NATO Mulai Ketar-Ketir 

RN - Presiden Rusia Vladimir Putin nampaknya tak gentar melawan koalisi Ukraina. Hingga kini, Rusia terus melawan dan sudah menyiapkan nuklir buat para musuh-musuhnya.

Ancaman Putin itu membuat Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly ketar-ketir. Dia telah memperingatkan bahwa perang Rusia terhadap Ukraina dapat meluas ke Eropa.

“Perang ada di ambang pintu Eropa, jangan biarkan itu masuk,” kata Parly di Twitter pada Ahad (6/3/2022) saat mengunjungi sebuah pangkalan militer di kota Constanta, Laut Hitam, Rumania, tempat 500 tentara Prancis dikerahkan dalam pasukan NATO.

BERITA TERKAIT :
Bantuan Duit Perang Dari AS Ke Israel & Ukraina Bikin Kusut Dunia 
Putin Menang Telak Pemilu Rusia, AS & Negara Barat Sebut Pemilu Curang

"Di masa-masa yang tidak pasti ini, Prancis bertekad untuk memastikan keamanan Eropa," ujar dia.

Parly menekankan bahwa NATO tidak menimbulkan ancaman bagi Rusia, karena komitmen aliansi Barat kepada para anggotanya adalah “defensif, bukan ofensif.”

Prancis terus melakukan dialog dengan Rusia sejak Moskow melancarkan perang terhadap Ukraina, yang dipimpin oleh Presiden Emmanuel Macron, yang telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin selama empat kali sejak 24 Februari.

Dalam percakapan terakhir mereka pada Ahad (6/3/2022), Macron “menggarisbawahi kebutuhan mutlak untuk menghindari serangan apa pun terhadap integritas instalasi nuklir sipil Ukraina,” menurut pernyataan pemerintah Prancis.

Dia juga menegaskan kembali perlunya negosiasi dan kesepakatan yang sepenuhnya dapat diterima oleh Ukraina.

Putin bersikeras bahwa upaya untuk menyalahkan militer Rusia atas insiden baru-baru ini di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia adalah “bagian dari kampanye propaganda sinis.”

Menurut pernyataan Kremlin, Putin “menjelaskan secara rinci tentang provokasi yang dilakukan oleh nasionalis radikal Ukraina menggunakan kelompok sabotase di area” pembangkit nuklir.

Ancam Balik 

Presiden Rusia Vladimir Putin memberi peringatan ke NATO. Mengutip AFP, ia mengancam soal konsekuensi dan bencana yang akan terjadi jika kekuatan itu berusaha menetapkan zona larangan terbang di Ukraina.

"Setiap gerakan ke arah ini akan kami anggap sebagai partisipasi dalam konflik bersenjata oleh negara itu," kata Putin, dikutip Minggu (6/3/2022).

Hal ini ditegaskannya setelah munculnya desakan dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke NATO. Ia mengkritik NATO karena menolak pemberlakuan larangan terbang.

NATO beralasan penutupan akan memicu perang dengan Rusia. Namun Ukraina menganggap alasan itu tak berdasar dan bisa menjadi cermin hipnosis lembaga tersebut bagi anggotanya sendiri.

"Mengetahui bahwa serangan dan korban baru tidak dapat dihindari, NATO secara sadar mengambil keputusan untuk tidak menutup langit di atas Ukraina," kata Zelenskyy dikutip dari ABC News, Sabtu.

"Semua orang yang akan mati mulai hari ini, akan mati juga karena Anda (NATO)."

Sementara itu, Rusia mengaku akan membalas Barat. Ini terkait sanksi ekonomi yang diberikan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya akibat serangan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari lalu.

Bukan hanya mengancam respons, Rusia juga menyebut AS dan sekutunya "bandit ekonomi". Ini diutarakan Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov Sabtu.

"Seperti yang Anda pahami, harus ada respons yang sesuai terhadap para 'bandit ekonomi'," katanya dikutip Reuters.

"Ini tidak akan berarti Rusia terisolasi. Dunia terlalu besar bagi Eropa dan Amerika untuk mengisolasi sebuah negara, terlebih lagi negara sebesar Rusia."

Ia mengatakan perusahaan asing suatu saat pasti akan kembali ke negerinya. Rusia, tegasnya terlalu menarik untuk investor.

"Beberapa daerah kami sebenarnya sangat menunggu mereka (investor). Namun kami bisa tidak akan mengharapkan mereka lagi, karena tempat mereka akan diambil oleh perusahaan dari negara lain," tegasnya.

Sebelumnya serangan Rusia ke Ukraina memang membuat AS dan sejumlah negara, termasuk Eropa, Jepang, dan Singapura menjatuhkan sanksi. Hukuman diyakini akan memutus Rusia dari sistem ekonomi global.

Terbaru, AS tengah mempertimbangkan melarang impor minyak mentah Rusia. Sanksi itu sedang digodok di parlemen AS.