RN - Sahabat Cyber Indonesia kalian suka nggak sih dibohongin? Pasti enggak dong. Nah, ketika kita dengar ada teman atau siapapun yang kasih informasi tapi informasinya itu kita tahu kalau salah atau bohong, pasti dong kita gampang bilang, “Ah, hoax”.
Begitu dikatakan Tim Media Cyber Indonesia, Marisa Icha dan KPMH seraya menjelaskan tentang, apa sih itu hoax dan apa aja yang dilakukan kalau kita mendapatkan berita hoax.
“Jadi, hoax itu sebenarnya sebagian dari informasi tapi informasinya itu palsu atau bohong. Hoax itu informasi yang sengaja dibuat-buat atau di rekayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya,” terang Icha.
BERITA TERKAIT :Wow, Bikin Konten Hoax Kini Jadi Ladang Bisnis Menggiurkan
Anak Buah Hary Tanoe Diperiksa Terkait Hoax, Penyidik Sita HP Aiman
Hoax juga diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah meyakinkan akan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.
“Nah, berbagai informasi di era sekarang sangat mudah tersebar di linimasa, menyebar lewat sosial media seperti Instagram, Facebook, Twitter dan lainnya yang diiringi dengan perkembangan pesat telepon pintar namun imbasnya informasi palsu juga ikut tersebar. Mereka yang percaya pada kabar bohong itu sebagian besar adalah generasi-generasi transisi. Tapi nggak cuma generasi itu aja, sekarang ini, justru anak muda gampang banget termakan dengan berita bohong,” bebernya.
Enrah kenapa, mereka percaya banget, padahal sebagian besar anak muda itu cuma baca sepintas saja atau malah cuma dengar dari orang lain, eh terus malah ikut-ikutan deh mereka untuk menyebarkan berita hoax tersebut.
“Aku mau ambil contoh beberapa kasus terkait hoax yang melibatkan para kalangan atas juga masyarakat biasa nih. Kalian pasti ingat kan tahun 2018, Ratna Sarumpaet salah satu seniman yang juga seorang aktivis dengan mudahnya membuat berita palsu. Dia seolah-olah dianiaya di Bandung sehingga wajahnya lebam-lebam. Kabar itu muncul pertama kali di sosial media Facebook disertai dengan foto yang menunjukkan wajah Ratna penuh lebam-lebam, namun dilalahnya berita itu malah tersebar luas dan menggiring opini dan akhirnya dia malah mengaku bahwa lebam-lebam di bagian wajahnya bukan karena dianiaya, melainkan karena prosedur pengangkatan lemak di wajahnya. Penegak hukum tidak tinggal diam saat itu, Polri langsung melakukan penyidikan dan akhirnya Ratna ditetapkan sebagai tersangka dan ditangkap karena kasus penyebaran berita bohong,” ujar Icha
“Nah, ini nih yang juga nggak kalah hebohnya. Ada juga berita hoax di masyarakat tahun 2021 kemarin yang terkuak kebohongannya. Pasti kalian pernah dengar kan, soal berita dan informasi soal babi ngepet. Peristiwa ini berasal dari salah satu pria yang juga disebut jadi salah satu tokoh masyarakat di lingkungannya. Dia menyebarkan rumor adanya babi ngepet di Bedahan, Sawangan, Depok. Rumor dan rekayasa isu babi ngepet ini ia lakukan dengan alasan perlu mencarikan solusi bagi warga yang mengeluh kehilangan uang satu juta sampai 2 juta. Serangkaian rekayasa tersebut untuk mendukung cerita babi ngepet pun ia siapkan. Mulai dari babi yang dibeli seharga 900rb di toko online, kemudian rekayasa cerita penangkapan babi yang harus telanjang, sehingga fakta palsu, sehingga ukuran babinya mengecil, pada akhirnya rekayasa yang ia buat terbongkar dan dia terancam kurungan 10 tahun penjara.”
Jadi jelas, lanjut Icha, dari beberapa contoh kasus diatas sudah bisa mendapatkan pencerahan tentang apa sih hoax dan bagaimana kita tahu dimana informasi yang kita dapat itu hoax atau bukan.
“Nih, untuk lebih mudah, kalian pahami lagi nih ya. Aku mau share ke kalian tentang beberapa langkah kalau kalian mendapatkan berita informasi yang tersebar di sosial media dan pesan pribadi atau grup kalian,” tukasnya.
Pertama, biasanya berita hoax pakai judul yang kontroversi supaya menarik.
Biasa juga, males buka untuk baca isi beritanya. Jadi untuk pertama, kalau dapat informasi atau berita, cuma baca judulnya aja, lalu langsung kalian share.
Kedua, setelah melihat judul yang pastinya menarik-menarik, tanpa melihat sumber berita itu darimana, jelas apa tidak medianya. Terus, baca isi berita itu atau semisalnya kalau gambar video, perhatikan bener-bener keasliannya, video itu hasil editing atau bukan. Nah, kalau sudah baca, jangan gampang percaya begitu saja sama isi beritanya, musti harus dan wajib buka dari sumber lain. Misalnya, bisa buka beberapa artikel sumber berita yang mainstream dan cari bener nggak sih kejadiannya seperti itu yang beritanya kalian dapatkan. Baca isi beritanya, kebenaran beritanya di sana. Bisa juga ketik di Google informasi yang dapat dari sosmed, pesan berantai atau chat grup.
Intinya adalah, jangan pernah langsung percaya kalau dapat pesan atau buka sosmed, apalagi informasi tersebut hanya sekedar viral. Biasakan ketika mendapat informasi membaca sampai tuntas isi berita tersebut, dan jangan serta - merta ditelan mentah - mentah.
Selanjutnya Icha juga memberikan tip ketikan terlibat dalam hoax. “Tadi kan aku udah share tuh, beberapa langkah supaya terhindar dari hoax. Sekarang aku mau jelasin nih, kalau kalian terlibat dalam hoax kalian juga harus tahu ya, kalau dalam bagian membuat atau bahkan menyebarkan berita hoax, kalian itu dapat dijerat Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Dan ingat ya, kalian bisa dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya 10 tahun lho guys. Duh 10 tahun ya, bisa jauh dari keluarga, anak istri, suami, semuanya sengsara deh karena cuma hitungan detik doing,” ujarnya.
Icha kembali menegaskan dan mengingatkan, membuat dan menyebarkan berita bohong atau hoax itu bisa menimbulkan konflik sosial yang sangat berdampak di lingkungan sekitar dan merusak nilai-nilai positif kehidupan.
“Dan hati-hati, penegak hukum sekarang udah canggih-canggih banget loh sekarang, jadi nggak mudah deh membuat atau menyebarkan berita hoax. Ditambah juga, tim Cyber Indonesia akan mengawal kasus-kasus pembuatan dan penyebaran berita bohong supaya kita mendapatkan informasi yang benar dan jelas tentunya,” tegasnya.
Jadi, imbuh Icha, mulai sekarang jaga jemari, terutama jempol yang setiap hari nempel di layar smartphone.
“Kalau mulut sih memang harus dijaga ya, jadi pokoknya jangan sampai terlibat dalam berita hoax. Mulai sekarang, teliti sebelum memberi. Memberi informasi yang harus jelas dan benar keberadaannya,” tandasnya.