RADAR NONSTOP - Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) meragukan ketulusan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendukung Prabowo Subianto sebagai Capres (calon presiden).
“Benaran ikhlas dan tulus tuh SBY dukung Prabowo jadi Capres? apa hanya sekedar di mulut saja? Kalau memang SBY benaran, berani nggak sumpah pocong,” ujar Ketua Presidium Jari 98, Willy Prakarsa kepada RADAR NONSTOP, Kamis (10/1/2019).
Bukan tanpa asalan Willy meminta SBY sumpah pocong membuktikan dukungannya kepada Prabowo Subianto. Sebab, menurut Willy, ada sejarah antara SBY dengan Prabowo yang jarang diungkap ke publik saat keduanya berada di Akabri (red-saat ini Akmil).
BERITA TERKAIT :Trump Tuding Kamala Harris Akan Bawa AS Perang Dunia Ke-3
Kamala Harris Naik, Donald Trump Anjlok
Dikatakan Willy, dari informasi yang dihimpunnya, SBY pernah digebukin Prabowo Subianto hingga bonyok - bonyok. Dan belakangan, peristiwa itu menjadi penyebab Prabowo telat lulus.
Willy lalu mengutip pernyataan mantan Ketua Tim Investigasi TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) Kerusuhan Mei 1998, Hermawan Sulistyo saat ditanyakan kenapa Prabowo telat lulus.
Pertanyaan itu muncul dalam sebuah diskusi publik di masa pasca Pilpres pada 3 Juli 2014 di Jakarta, Hermawan berbicara keras soal Prabowo.
“Anda tidak tahu bahwa SBY itu pernah dipukul Prabowo waktu di Akmil, di Akabri waktu itu?” kata Hermawan. “Kenapa tidak ada orang yang bertanya dalam catatan biodata Prabowo, harusnya lulus tahun 1973 kenapa lulusnya tahun 1974? Ini enggak ada orang yang nanya. Katanya Prabowo pintar, kok enggak naik kelas? Berarti ada yang lain, kan? Ya itu tadi, nggebukin SBY, gitu.”
Menurut Hermawan, semua bermula dari kaburnya Prabowo dan tiga kawannya. Dari tiga kawan itu di antaranya ada Ryamizard. Mereka kabur ke Jakarta untuk menghadiri acara Siti Hediati Hariyadi (alias Titiek Soeharto, yang kemudian menjadi istri Prabowo). Apa pun tujuannya, ulah mereka ketahuan Gubernur Akabri Sarwo Edhie Wibowo. Mereka heran kenapa mereka ketahuan.
“Satu-satunya orang yang tahu adalah SBY, karena dia diajak (tapi) enggak mau. Akhirnya hari Senin habis dimarahin, hari minggu ketangkep, senin malamnya mereka tanya-tanya sampai bonyok.”
Saat itu, cerita versi Hermawan itu tak dipusingkan oleh Prabowo dan SBY. Tanggapan justru datang dari kakak senior mereka, Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zen.
“Oh, itu Herman Sulistyo bukan main kasih informasi. Biasa kita kalau tinju itu kita sparing partner. Itu ada belajar tinju, belajar karate. Saya juga dulu bertanding di ring tinju sama teman-teman angkatan. Mungkin di situ maksudnya,” ujar Kivlan di Rumah Polonia, Jakarta Timur, (4/7/2014) silam.