Sabtu,  27 April 2024

HBH Masih Malu-Malu Maju Pilkada DKI, Nunggu Jago Dari PDIP Dan PKS? 

RN/NS
HBH Masih Malu-Malu Maju Pilkada DKI, Nunggu Jago Dari PDIP Dan PKS? 
Stiker Heru Budi Hartono di halte busway.

RN - Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono (HBH) dipastikan akan maju di Pilkada DKI. Tapi nama HBH malah digadang-gadang menjadi wagub. 

Banyak pihak menilai, HBH seharusnya menolak jika ditawari menjadi wakil gubernur (wagub) DKI Jakarta. Sebab, posisi HBH sebagai incumbent bisa dibilang kuat.

HBH saat ini masih bisa mengendalikan ASN, BUMD dan lembaga lain di Pemprov DKI Jakarta. Kabar beredar, HBH lagi digoda menjadi wagub dan akan dipasangkan dengan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK). 

BERITA TERKAIT :
Jawaban Malu-Malu Risma Saat Didorong Jadi Gubernur Jakarta 
Survei Zaki Nyungsep, Golkar DKI Mau Tiru Gaya Anies Kalahkan Ahok 

HBH memang masih malu-malu terbuka untuk maju. Tapi, HBH sudah menyebar baliho dan spanduk diseluruh gedung milik Pemprov DKI. 

Bahkan, HBH juga sudah mulai memanfaatkan videotron, halte busway dan pasar tradisional untuk mempublikasikan wajahnya. 

HBH sebelumnya menganggap sebagai hal yang wajar munculnya nama-nama yang akan bersaing dalam perhelatan politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2024.

"Namanya pesta demokrasi, kemarin presiden sekarang pesta demokrasi dalam rangka pemilihan gubernur dan wakil gubernur ya jadi wajar," kata Heru di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (1/3).

Menurut HBH, Pilkada DKI 2024 memang memungkinkan munculnya nama-nama lain yang akan maju. Bagi Heru, yang terpenting masyarakat tetap menjaga keamanan dan kedamaian bersama agar pesta demokrasi berlangsung lancar.

"Ridwan Kamil, Ahmed Zaki Iskandar, mungkin banyak lagi tokoh-tokoh lain yang ingin maju menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Itu wajar," ucap HBH.

Ketua DPP Partai Golkar, Dave Laksono mengatakan, partainya sudah memberikan surat tugas kepada Mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Ketua DPD  DKI Jakarta, Ahmed Zaki Iskandar untuk maju menjadi kandidat dalam Pilkada DKI Jakarta 2024. Surat resmi itu sudah diberikan sebelum Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Namun, kata dia, keputusan itu bisa berubah. 

“Belum final, akan ada surat baru ketika proses pendaftaran Pilkada dimulai,” kata Dave saat dihubungi, Sabtu 2 Maret 2024. 

Golkar, kata Dave, akan melihat sejumlah faktor untuk memilih salah satu di antara keduanya. Salah satunya, melihat elektabilitas keduanya berdasarkan survei. “Kami tidak akan mencalonkan seorang calon yang tidak memiliki kemenangan tinggi,” kata Dave.

Mesin PDIP Vs PKS

Di Jakarta, mesin PDIP dan PKS terbilang paling kuat. Siapapun calon yang diusung kedua parpol ini berpotensi menang. 

Dari Pilkada 2007, gerbong koalisi PDIP mengusung Fauzi Bowo-Prijanto dan PKS Adang Daradjatun. Hasilnya Foke sapaan akrab Fauzi Bowo menang. 

Pilkada 2012, PDIP dan Gerindra mengusung Jokowi-Ahok melawan Foke-Nachrowi Ramli. Dan Jokowi-Ahok menang. 

PKS memenangkan pertarungan saat mengusung nama Anies Baswedan-Sandiaga Uno bersama Gerindra. Dan PDIP mendorong Ahok-Djarot. 

Dari hasil Sirekap KPU, PKS bakal menduduki posisi pertama perolehan kursi DPRD DKI Jakarta dengan 16,75 persen. Sementara PDIP mendapatkan 14,6 persen. 

Baik PDIP maupun PKS harus membangun gerbong koalisi untuk memajukan pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta. 

Di bawah PKS dan PDIP ada Gerindra dengan posisi 12,29 persen. Selanjutnya NasDem 8,51 persen, Golkar 8,38 persen serta PSI 8,11 persen.