RADAR NONSTOP - Kalangan politisi DPRD DKI Jakarta kecewa berat terhadap implementasi program Dinas Kesehatan (Dinkes). Motto Ketuk Pintu Layani Dengan Hati atau yang dikenal dengan KPLDH cuma omong doang alias OMDO.
Buktinya, wabah demam berdarah dengue (DBD) menyeruak, sehingga ratusan warga Ibu Kota terkampar di rumah sakit untuk menjalani pelayanan kesehatan.
"Program KPLDH hanya slogan doang. Buktinya wabah DBD semakin banyak, Dan saya temukan sendiri, Jemi (26) warga di Kampung Sawah, Lagowa Jakarta Utara sakit kronis tetapi aparat Dinkes DKI tidak hadir di sana, sekarang warga dari keluarga miskin itu sudah meninggal dunia di RS Koja beberapa waktu lalu," ujar Wakil Ketua Komisi E Haji Ramly Hi Muhammad, Sabtu (2/2/2019).
BERITA TERKAIT :PPP DKI Si Parpol Gurem Banyak Masalah, Kader: Bengkel Motor Dan Managemen Warteg
Gubernur Baru Jakarta Dapat Anggaran Rp 91 Triliun
Ramly Muhammad mengatakan, program KPLDH harus ditinjau ulang. Dan, jajaran Dinkes harus hadir melayani masyarakat Jakarta yang memerlukan pelayana kesehatan.
Terkait status waspada DBD di DKI, Ramly Muhamad akan mengusulkan kepada Komisi E agar segera memanggil Kepala Dinas Kesehatan DKi Dr Widyastuti untuk rapat kerja menyampaikan mengapa wabah DBD terjadi, dan langkah apa yang perku dilakukan penanganan secara cepat.
Sementara itu, Jakarta.Dinas Kesehatan DKI menetapkan status waspada kasus demam berdarah dengue (DBD).
Sebab, hingga 31 Januari 2019, sudah ditemukan 813 demam berdarah di lima wilayah Jakarta. Waspada, Februari-Maret jumlah nyamuk Aedes Aegypti meningkat.
Kepala Seksi Penyakit Menular Vektor dan Zoonotik Dinas Kesehatan DKI, Inda Mutiara mengatakan, jumlah kasus DBD itu meningkat drastis dibandingkan periode yang sama pada 2018 sebanyak 198 kasus.
"Benar. Data terakhir 813 kasus," kata Inda saat dikonfirmasi Jumat (1/2/2019).
Menurut Inda, untuk tahap awal penderita demam berdarah sebaiknya diberikan cairan infus. Langkah ini perlu dilakukan demi menekan angka kematian akibat dari penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti.
"Ya, kan dia masuk RS juga dibantu dengan infus dan minum. Kalau minum di rumah saja kan nggak tertangani ya, nggak terkejar, karena kan pembuluhnya bocor, plasmanya keluar, ya yang terjadi virusnya ya seperti itu," ujarnya.
"Jadi sebetulnya (DBD) bisa sembuh sendiri, tapi dalam masa kritis kalau tidak dibantu infus dan setelah penanganan bisa terjadi yang (membahayakan). Ya itu yang kita tidak mau. Jadi dari mulai pertama kalau bisa ya harus terpantau," ucap Inda.