RN - Masa kampanye Pilkada serentak tersisa beberapa hari lagi. Namun masih terasa anyep dan sepi. Jauh dari hingar-bingar seperti Pilkada 2020.
“Pilkada serentak 2024 paling buruk. Banyak masyarakat yang belum tahu visi, misi dan program-program para paslon yang bertarung”, ujar Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI) 98, Willy Prakarsa, Jumat (15/11/2024).
Tidak hanya itu, masyarakat juga terkesan masa bodo dengan pilkada. Konsentrasi mereka lebih tertuju pada kondisi ekonomi yang makin terpuruk.
BERITA TERKAIT :RK Kalah Survei Lagi Dari Pram, Dharma Kun Masuk Kotak
“Selain itu, penyelenggara pemilu dan paslon juga kurang greget dalam melakukan kampanye serta sosialisasi. Tampak seperti tidak punya dana alias anggaran. Pemilihan kepala desa jauh lebih meriah dibandingkan Pilkada serentak 2024,” imbuh Willy.
Melihat kondisi seperti ini, Willy membayangkan betapa merosotnya angka pasrtisipasi masyarakat saat hari pencoblosan nanti.
“Tapi penghitungan suara tetap dilakukan saat 27 November hingga 16 Desember 2024 nanti. Bila memang kejadian, mungkin para paslon terpilih akan hilang tingkat legitimasinya meskipun dilantik menjadi kepala daerah. Bahasa kampungnya, dilantik tapi enggak diakuin,” ujar Willy.
Posisi terpilih tapi tidak diakui publik, imbuh Willy, bukannya tanpa konsekuensi. Tingkat patuh masyarakat terhadap aturan yang dibuat kepala daerah terpilih akan jadi taruhannya.
“Tapi sekali lagi, kita tetap berharap Pilkada 2024 berjalan secara jujur-adil (Jurdil), luas, umum, bebas rahasia (Luber)”, pungkas Willy.