RADAR NONSTOP - Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) menyedihkan. Kerja begadang dan bertaruh nyawa tidak sebanding dengan honor.
Tragisnya honor KPPS pun harus dipotong Rp 25 ribu. Di Jakarta misalnya, honor untuk Ketua KPPS tingkat TPS Rp 550 ribu, anggota Rp 500 ribu dan pangamanan langsung atau pamsung Rp 400 ribu.
"Kami sudah kerja fuul sejak 16 April malam menyiapkan perlengkapan TPS. Lalu tanggal 17 April kami sampai tengah malam karena harus bikin laporan dan cek data suara," aku seorang KPPS di Jakbar.
BERITA TERKAIT :Kang Uus Melalui Aspem Jakbar Minta Camat dan Lurah Monitoring Pembentukan KPPS
Gaji Guru Honorer Cuma 250 Ribu Per Bulan, Adik Kandung Prabowo Janji Dongkrak
Sebagai anggota KPPS kata dia, dirinya mendapatkan honor 500 ribu tapi kena potongan pajak 25 ribu.
"Jadi ada potongan. Padahal kerja kita begadang dan bertaruh nyawa. Kalau masalah bisa saja kita masuk penjara karena digugat," akunya.
Kata dia, wajar jika KPPS banyak yang kelelahan lalu meninggal. Karena harus rekup suara hingga jam 2 pagi. "Bahkan ada yang sampai subuh," ungkapnya.
Dengan alasan pajak, dana sewa tenda Rp 2,9 juta juga kena potongan hingga Rp 100 ribu. Semua serba potong, mau gimana lagi kita ini KPPS hanya bekerja saja di lapangan," aku KPPS dari Kebon Jeruk, Jakbar.
Aksi potong memotong dengan alasan pajak juga terjadi pada honor Panwas tingkat TPS. "Dapat 550 ribu tapi dipotong 50 ribu. Saya gak mau ribut biar ajalah dia makan," keluh Panwas di Kecamatan Kebon Jeruk.
Suka duka di TPS menurutnya, bukan hanya urusan lelah tapi ada juga pemilih yang rewel dan angkuh main marah-marah. Padahal, KPPS sudah bekerja maksimal. "Kitakan hanya menjalankan aturan dari atas saja," ungkpanya.
Hingga berita ini ditulis pihak Bawaslu DKI Jakarta dan KPU DKI Jakarta tak bisa ditelpon.
Sementara di Jawa Barat ada sekitar 12 KPPS meninggal dunia. Ketua Komisi Pemilihan Umum ( KPU) Provinsi Jawa Barat Rifqi Alimubarok mengatakan, terlalu lamanya waktu penghitungan jadi sebab utama kejadian itu.
Rifqi menjelaskan, para petugas KPPS kelelahan lantaran rata-rata penghitungan suara baru selesai pukul 05.00 pagi. Apalagi para petugas sebelumnya mesti begadang untuk menyiapkan TPS dan logistik.
"Berdasarkan hasil pantauan di lapangan rata-rata itu selesai jam 5 pagi, bahkan ada yang berlanjut sampai jam 12 siang. Karena belum selesai menyalin hasil formulir yang cukup banyak. Dan itu kan tanpa jeda, apalagi kemudian mereka kebanyakan mempersiapkan TPS di H-1 jadi, otomatis kan kelelahan," ungkap Rifqi saat ditemui di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Sabtu (20/4/2019).