RADAR NONSTOP - Bertahun-tahun warga Jakarta membuang sampahnya ke Kota Bekasi. Di Provinsi DKI Jakarta pada 2020 pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) yang berada di Sunter, Jakarta Utara menjadi alternatif pembuangan sampah DKI Jakarta yang akan menghasilkan tenaga listrik.
Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan menghimbau warga untuk tidak sepenuhnya mengandalkan TPST Bantargebang, Kota Bekasi sebagai satu-satunya solusi mengatasi sampah.
"Warga Jakarta harus mengubah perilaku untuk lebih peduli dengan pengelolaan sampah rumah tangga. Pengelolaan sampah memerlukan perubahan pola pikir masyarakat. Perubahan mindset bahwa kota bukan hanya sekadar terlihat bersih dan rapi dengan mengirimkan sampahnya ke TPST Bantargebang, tapi mengubah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah. Kita harus memulai kegiatan pengurangan sampah dengan aktivitas 3R (reduce kurangi, reuse - guna ulang, recycle - daur ulang)," ujar Anies.
Anies mengungkapkan, Pemprov DKI juga melakukan groundbreaking mendirikan pengolahan sampah di dalam kota, atau Intermediate Treatment Facility (ITF), yang ditargetkan akan rampung pada 2022.
Bahkan, proyek ITF adalah salah satu tempat pengolahan sampah terbesar di dunia, sebab mampu mengolah 2.200 ton sampah. Untuk itu, Pemprov DKI sedang gencar mengejar pembangunan empat unit ITF.
"Dengan empat ITF bisa gantikan posisi Bantargebang nantinya, karena kita merasa bahwa Bantargebang itu kan sudah mencapai kapasitas maksimumnya, dan kayaknya terlalu bahaya kalau kita hanya mengandalkan Bantargebang," ungkap Anies kepada wartawan di Balaikota Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sementara, Kepala Unit Tempat Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto menjelaskan, jika pembangunan empat ITF selesai akan mampu mengolah seluruh sampah Ibukota.
Dibangun dengan nilai sebesar Rp 750 miliar per unitnya, ITF akan menggantikan peran TPST Bantargebang di masa mendatang.
Salah satu yang diberi perhatian lebih adalah ITF Sunter, yang digadang tak hanya sebagai pengolahan sampah alternatif, namun berfungsi sebagai penghasil tenaga listrik.
ITF Sunter dirancang bisa mengolah sampah sampai 2.200 ton per hari, dengan begitu diharapkan akan mengurangi jumlah sampah Jakarta yang masuk ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat.
ITF Sunter diperkirakan akan bisa beroperasi penuh pada 2022.
"ITF Sunter ditargetkan beroperasi tahun 2022. Nantinya, TPST Bantargebang hanya akan menampung residu pengolahan sampah di dalam kota," lanjut Asep.
Outcome dari pembangunan ITF ini adalah agar Ibukota tidak bergantung kepada tempat pembuangan sampah di luar Jakarta, sehingga Ibukota akan 'memiliki WC di dalam rumah sendiri'. Ditargetkan, empat unit ITF akan tersebar di Jakarta.
DKI Jakarta telah menetapkan dua lokasi ITF lainnya, yakni kawasan Cilincing, Jakarta Utara dan Rawa Buaya Cengkareng, Jakarta Barat.
"Satu lagi kita sedang cari untuk yang wilayah selatan," tuturnya.
ITF merupakan solusi yang dirumuskan Gubernur atas permasalahan pengelolaan sampah Ibukota yang sudah dirasakan menahun tanpa solusi efektif untuk jangka panjang.
Sesuai Pergub No 33 Tahun 2018, pihak Pemprov DKI gencar mengejar proyek ini untuk segera rampung, mengingat usia produktif TPST Bantargebang hanya diperkirakan tinggal dua hingga tiga tahun.
Pembangunan ITF Sunter diprediksi akan berjalan mulus, terlebih ketika sudah dilaksanakannya Perjanjian Kerja Sama Pemprov DKI dengan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Perjanjian Jual Beli Listrik yang dilakukan antara perusahaan publik asal Finlandia, Fortum dengan PT PLN (Persero) dengan PT Jakarta Solusi Lestari (JSL), Perusahaan Patungan PT Jakpro sebagai operator ITF Sunter.
"Kami diamanatkan melaksanakan proyek ITF sebagai upaya kita bersama mengurangi masalah sampah kota. ITF Sunter mampu mengubah sampah menjadi energi listrik 35 MW dari material 2.200 ton sampah per hari," tutur Dwi Wahyu Daryoto, Direktur Utama PT Jakpro.
Masa Kampanye Pemilu 2024, Melani, Ali, AHY Blusukan Silaturahmi Ke Kawasan Pondok Pinang
Jakarta Tetap Jadi Ibu Kota, IKN Dikonsep Untuk Ekonomi