RADAR NONSTOP - Seiring dengan makin tingginya curah hujan di bulan Desember 2019. Kejadian ular kobra masuk pemukiman dan rumah warga kian marak saja.
Lalu apa penyebab ular yang bisanya mampu mematikan seekor kerbau dewasa tersebut muncul di tengah - tengah lingkungan warga?
Akademisi dari Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto IGA Ayu Ratna Puspitasari mengatakan, salah satu penyebab ular masuk rumah warga karena habitat asli satwa itu di alam banyak berkurang.
BERITA TERKAIT :Seret Nama Tak Kuat Bukti, Pakar Hukum Sebut Celine Bisa Tuntut Balik Amelia
Barang Brended Masuk Jalur Tikus, Terbanyak di Sumatera
"Karena habitat alaminya banyak yang hilang, ular akan mencari habitat lain yang lebih hangat, sayangnya, biasanya adalah pemukiman warga," katanya di Purwokerto, Rabu (18/12/2019).
Ahli herpetologi Unsoed itu, menjelaskan musim hujan memang biasanya menjadi musim menetas ular kobra.
"Biasanya bulan September-November. Namun karena musim penghujan juga agak mundur, jadinya booming sekarang," katanya.
Staf Laboratorium Taksonomi Hewan, Bagian Zoologi, Fakultas Biologi, Unsoed itu, juga mengatakan ular sebenarnya merupakan predator alami tikus, sehingga pada umumnya sering ditemukan di area persawahan atau kebun, dan hidup di dalam lubang-lubang yang dibuat tikus.
"Beberapa tahun terakhir, saya melihat ada beberapa sawah dan kebun telah berubah fungsi sebagai pemukiman sehingga ular jadi banyak ditemukan, bahkan bersarang, di area pemukiman warga," katanya.
Dikatakan, ular merupakan hewan berdarah dingin yang tidak dapat membuat panas tubuh sendiri, sehingga secara alami akan mencari tempat yang lebih hangat, kering, dan juga lembab.
"Karena ular alaminya suka daerah yang lembab sehingga biasanya ditemukan di semak atau tumpukan barang, sementara jika musim penghujan cenderung mencari daerah yang kering dan rumah warga biasanya lebih hangat dan kering, dan ada banyak mangsa alami ular, yaitu tikus," katanya.
Menurutnya, ditemukannya ular dan anak ular kobra di beberapa daerah, beberapa waktu belakangan ini, belum tepat jika dikatakan sebagai serangan ular.
"Ular tidak akan bersarang di pemukiman warga apabila habitat alaminya masih ada. Pada musim hujan, ular akan mencari tempat yang kering, hangat, dan banyak makanan yakni tikus," katanya.
Dia menambahkan, kata "serangan" memberikan kesan aktif atau memberikan kesan ular secara sengaja masuk rumah.
"Faktanya masuknya ular ke pemukiman warga menunjukkan ketidakseimbangan ekologi. Semakin banyak alih fungsi lahan, kemungkinan bersinggungan dengan satwa liar misalkan ular juga akan semakin tinggi. Jadi akan menjadi 'kewajaran' bertemu dengan satwa liar karena jika habitat mereka sudah hilang, lalu mereka harus pergi ke mana?" ujarnya.