Mampukah Ahmad Syaikhu Mengimbangi Manuver Politik Koalisi Jokowi
RADAR NONSTOP - Ahmad Syaikhu resmi menjadi Presiden PKS. Jika dilihat dari perjalanan karir politiknya, politisi yang kerap disapa ustadz ini bisa dibilang belum masuk tingkat nasional.
Syaikhu baru piawai dalam catur politik lokal. Dia pernah gagal dalam memperebutkan kursi Wakil Gubernur Jawa Barat mendampingi Sudrajat pada Pilkada 2018.
Syaikhu juga gagal dalam memperebutkan kursi Wagub DKI Jakarta untuk mendampingi Anies Baswedan. Kini dia menjadi nahkoda PKS secara nasional.
BERITA TERKAIT :Sikap PDIP Terhadap Prabowo Beda, Adian Ngaku Akan Kritis, Puan Mendukung Tanpa Sodorkan Nama Menteri
Ogah Dicap Oportunis, PKS Ajukan Nama Menteri Dari Profesional
Semua keputusan partai ada di tangan Syaikhu. Sebagai oposisi tentunya PKS harus benar-benar jernih dalam mengambil sikap politik.
Dibarisan koalisi Jokowi, hampir semua pimpinan parpol adalah para tokoh nasional. Jika Syaikhu ingin kuat dan mampu memimpin PKS, dia harus memilih pengurusnya secara jeli dan matang.
Saat dipilih menjadi Presiden PKS, Syaikhu sempat menangis dan meminta orang lain menggantikan dirinya mengemban jabatan itu.
Penggantian Presiden PKS dilaksanakan dalam Musyawarah Majelis Syuro PKS di Bandung, Senin (5/10/2020). Elite PKS Mardani Ali Sera mengatakan tak ada perdebatan di antara peserta musyawarah saat pemilihan Syaikhu.
"Tidak ada (perdebatan). Justru Ustaz Syaikhu yang sampai menangis minta agar orang lain saja (menjadi Presiden PKS). Indah suasananya," kata Mardani.
Mardani mengatakan ada juga kader yang meminta Sohibul Iman kembali menjabat Presiden PKS. Namun, kata Mardani, Sohibul tetap menjalankan konsensus partai, yaitu Presiden PKS, hanya menjabat selama satu periode.
"Ustaz M Sohibul Iman memberi teladan walau banyak yang meminta melanjutkan, tetap berpendapat konsensus Presiden PKS cuma satu periode. Kami semua bahagia dengan Ustaz Syaikhu terpilih jadi Presiden PKS," ujarnya.