RADAR NONSTOP - Rapat APBD Perubahan di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat menuai protes. Warga Bogor mengaku, kalau ulah para politisi Kebon Sirih itu dipertanyakan.
Samudin, warga kawasan Puncak mengaku, kalau rapat yang dihadiri banyak orang. Inikan lagi Corona harusnya diatur dong.
"Apalagi saya baca berita ada DPRD DKI meninggal karena Corona. Dan gedungnya pernah ditutup lalu ada beberapa staf Sekwan dan anggota dewan kena juga," keluhnya saat ditemui wartawan di kawasan Resort Grand Cempaka, kawasan Puncak, Rabu (21/10) malam.
BERITA TERKAIT :PPP DKI Aja Ambruk, RIDO Bisa Kena Prank Sandiaga Uno?
Pengamat: Orang Lama Jangan Ikut Seleksi, DPRD Harus Audit Anggaran KPID Jakarta
Dia juga mempertanyakan siapa ketua DPRD DKI. "Harusnya ketua dewan itu peka dan peduli atas Corona gini," bebernya.
Hingga berita ini diturunkan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi belum bisa dihubungi. Kabar beredar, rapat bukan hanya Komisi B DPRD DKI Jakarta tapi ada sekitar 800 orang yang hadir dalam rapat tersebut, termasuk dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
"Iya, semua komisi, pembahasan APBD Perubahan. Ada 800-an orang yang hadir dari Dewan dan SKPD," ucap Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Abdul Aziz, saat dihubungi, Rabu (21/10/2020).
Untuk diketahui, jumlah seluruh anggota DPRD DKI adalah 106 orang. Ada 5 komisi di DPRD DKI yang membidangi pemerintahan, pekerjaan umum, hingga kesejahteraan rakyat.
Kembali ke rapat di resort Puncak, menurut Aziz, resort atau wisma tersebut adalah milik BUMD JakTour. Selain itu, wisma itu memiliki ventilasi yang cukup sehingga disebut bisa mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19).
"Di Bogor ini juga fasilitas Pemda (DKI), digunakan karena di Jaya Raya ini ventilasinya baik, sehingga meminimalisir penularan COVID-19," kata Abdul Aziz.
Sebelumnya, dilihat detikcom dari undangan rapat Komisi B, acara dilaksanakan di Grand Cempaka Cipayung, Bogor. Rapat berlangsung hanya satu hari, Selasa (21/10).
"Di Grand Cempaka (Megamendung, Kabupaten Bogor). Perlu ruang terbuka untuk antisipasi penyebaran COVID," ucap Plt Sekretaris Dewan Hadameon Aritonang, saat dihubungi.
Menurut Hadameon, saat rapat berlangsung, jendela-jendela di ruang rapat akan dibuka. Sehingga, ada sirkulasi udara yang bagus untuk mencegah penularan COVID.
"Semua jendela-jendela kita buka. Kalau kantor kan tertutup semua, tak ada jendela, kaca semua. Kalau di sini (puncak) kan bisa," katanya.