RADAR NONSTOP - Corona di Jakarta sudah masuk ke rumah-rumah. Untuk itulah seluruh warga ibukota harus menjaga protokol kesehatan atau prokes.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19, Dewi Nur Aisyah mengungkapkan jika 40,1% kasus Covid-19 di DKI Jakarta disumbangkan dari klaster keluarga.
“Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan juga di Satgas Penanganan Covid-19 saat ini, contohnya di DKI Jakarta kurang lebih 40,1% dari total seluruh kasus yang ada ini berasal dari klaster keluarga,” ujar Dewi dalam dialog secara virtual, Rabu (6/1/2020).
BERITA TERKAIT :Coorna Makin Ngegas, Jakut Jaktim Jaksel Horor Tuh
Corona Jangan Dianggap Remeh, Di Jakpus Sudah Mengerikan
Diketahui, klaster keluarga ini terjadi ketika salah satu anggota keluarga terinfeksi kemudian menular atau anggota keluarga lainnya. Ataupun ketika anak-anak bermain dengan teman-temannya di lingkungan rumah kemudian tertular dan menularkan kembali ke anggota keluarganya.
“Jadi kalau kita memang melihat klaster keluarga ini adalah salah satu kluster yang memang menyumbang angka yang cukup tinggi terkait kasus Covid-19,” ungkap Dewi.
Dewi juga mengatakan bahwa 7% pasien Covid-19 yang saat ini dirawat di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran Jakarta tidak pernah keluar rumah. “Di Wisma Atlet sendiri berdasarkan hasil survei yang dilakukan sekitar 7% orang yang tertular ini nggak pernah keluar rumah.”
“Sehingga terjadi penularan dan terjadilah, meskipun mereka tidak keluar rumah namun tetap terinfeksi kemungkinan besar pasti berasal dari orang yang dekat kepada mereka,” ungkap Dewi.
Dewi juga mengungkapkan dari data yang menunjukkan pada saat libur panjang di bulan Agustus, di mana di DKI Jakarta menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan di klaster keluarga.
“Jadi bisa jadi sesudah libur panjang ini pasti akan terlihat klaster keluarga yang cukup meningkat. Karena ada seseorang yang bepergian, kembali ke rumah kemudian menyebarkan kepada anggota keluarga yang lain,” katanya.
Klaster keluarga ini, kata Dewi, merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan lebih seksama lagi.
“Karena mungkin klaster keluarga ini punya tipikal yang cukup berbeda dari klaster yang lain seperti perkantoran atau mungkin pasar. Di klaster keluarga ini mungkin treatmentnya harus kita buat pencegahan dan pengendalian dengan lebih baik lagi,” tegasnya.