Jumat,  26 April 2024

Ngeri... Gak Nurut Dengan Kim Jong-un, Pejabat Korut Dihukum Mati

NS/RN/NET
Ngeri... Gak Nurut Dengan Kim Jong-un, Pejabat Korut Dihukum Mati
Kim Jong Un

RN - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un tidak pernah pandang bulu terhadap anak buahnya yang melanggar. Baru-baru ini, dia menghukum mati pejabat Korut.

Pejabat itu disebut-sebut telah mengimpor fasilitas medis murah dari China.

Hukuman mati bermula dari pembangunan Rumah Sakit Pyongyang yang dituntut untuk selesai dalam waktu enam bulan. Namun setelah selesai, rumah sakit itu tak memiliki peralatan medis dasar.

BERITA TERKAIT :
Ditemani Sjafrie Sjamsoeddin, Prabowo Sowan Ke Presiden China Xi Jinping 
Marouane Fellaini Gantung Sepatu

Dilansir dari Daily Mail pada Rabu (28/4/2021), Kim Jong-un ingin agar fasilitas itu dilengkapi dengan peralatan medis dari Eropa.

Namun, rencana alternatif dibuat dengan menggunakan peralatan dari China, dan mengimpornya dengan harga murah. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan Kim Jong-un, dan pejabat yang membuat alternatif tersebut dihukum mati.

Pejabat tersebut diketahui adalah Wakil Direktur Kementerain Luar Negeri yang bertanggung jawab atas ekspor dan impor. Seorang petinggi di Kementerian Kesehatan juga diberhentikan atas kasus ini.

Kim Jong-un lebih memercayai produk Eropa yang diyakini memiliki kualitas tinggi. Demi meluluskan keinginan Kim Jong-un, pihak partai berkuasa menyiapkan dana besar untuk melengkapi rumah sakit.

Namun sanksi Eropa terhadap Korea Utara, dan sulitnya membawa peralatan tersebut ke negara netral ketiga karena wabah Covid-19, membuat pejabat tersebut memutuskan mengimpor peralatan dari China.

Selain lebih mudah untuk didapat, peralatan medis China jelas lebih murah ketimbang Eropa.

Namun, kontrak impor tersebut telah ditandatangani sebelum Kim Jong-un menyetujui perubahan tersebut. Hal itulah yang kemudian menimbulkan kemarahan dari sang diktator

Sebelumnya, Kim Jong-un juga telah menghukum mati seorang Menteri Pendidikan di negaranya. Sang pejabat dianggap gagal membuat kemajuan terkait pendidikan jarak jauh, serta kerap mengeluh mengenai pekerjaannya.