RN - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta diminta serius. Arus balik harus menjadi kewaspadaan dini agar tidak ada ledakan Corona di ibu kota.
Data dari Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia sebanyak 467.849 warga DKI yang mudik merayakan lebaran di kampung halaman sebelum masa pelarangan mudik. Sedangkan sebanyak 657.873 warga DKI yang mudik saat pemberlakuan larangan mudik.
Rekan Indonesia memperkirakan sebanyak 1,6 juta orang akan membanjiri DKI Jakarta saat arus balik pemudik. Dan ini akan membawa dampak ledakan angka positif di DKI Jakarta, jika tidak benar-benar terpantau dengan baik.
BERITA TERKAIT :Gagal Ginjal Marak, Puluhan Anak-Anak Di Jakarta Cuci Darah
Arus Balik, Pemudik: Saatnya Cari Duit Lagi Ke Jakarta
Ketua Nasional Rekan Indonesia, Agung Nugroho mengaku khawatir kalau Dinkes tidak serius bekerja. Karena selama ini pola Dinkes hanya pencitraan di depan gubernur.
Agung menyebut Dinkes selama ini sangat lemah dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat mulai dari soal pencegahan COVID-19 sampai soal pentingnya vaksinasi.
"Padahal dalam hal preventif dan promotif kesehatan itu menjadi tanggungjawab Dinkes sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia" jelas Agung.
Selain persoalan sosialisasi, Dinkes juga lemah dalam memerankan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap RS sesuai amanat UU RS.
"Lemahnya sistem rujukan di DKI, membuat keluarga pasien diminta oleh RS mencari rujukan sendiri, satu hal yang tidak berkeadilan dalam pelayanan publik" papar Agung.
Padahal selama ini dinkes mengklaim jika memiliki sistem online yang bisa dilihat kebutuhan kamar kosong atau penuh di RS.
"Tapi Dinkes DKI lupa, jika sistem online tersebut juga perlu pengawas di lapangan yang benar-benar dapat memastikan warga dapat dirujuk sesuai kebutuhan fasilitas kesehatan yang dibutuhkannya, sehingga keluarga pasien tidak keliling DKI hanya untuk mencari kamar kosong dan selalu dijawab penuh oleh RS," sindirnya.
Agung mengingatkan, untuk antisipasi arus balik pemudik saat ini, Dinkes agar fokus dan serius, jangan sampai hanya membuat gubernur senang tapi di lapangan terjadi ledakan angka Covid-19.
"Apalagi ketersediaan alat test antigen di puskesmas saat ini terbatas, dari kebutuhan 400.000 alat test antigen untuk antisipasi arus balik pemudik hanya ada 100.000 alat yang tersedia. Jangan sampai jika terjadi ledakan angka COVID-19, lantas dinkes sibuk untuk menutup-nutupi kasusnya seperti kasus dalam rujukan RS yang ambyar," tegas Agung.