RADAR NONSTOP - Danau Toba, Sumatera Utara dalam kondisi kritis. Hal ini terlihat dari hasil laporan perwakilan Bank Dunia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sebelumnya telah meminta Bank Dunia untuk mengaudit kondisi Danau Toba. Audit itu diperlukan untuk pengembangan Danau Toba sebagai tempat pariwisata.
"Tadi menyangkut masalah Danau Toba, sudah berapa lama, saya minta audit mereka," kata Luhut usai bertemu perwakilan Bank Dunia di kantornya, Senin (19/11/2018).
BERITA TERKAIT :Mampukah Nusron Wahid Ambil Alih Hotel Sultan?
Hotel All Nite & Day Minta Tumbal, Lift Di Tangsel Wajib Diperiksa
Dari audit itu, Luhut mengatakan, Danau Toba mengalami kerusakan parah. Lantaran, air di Danau Toba kotor.
"Ternyata Danau Toba itu kerusakannya sangat parah, jadi hanya 50 meter airnya punya oksigen, di bawahnya tidak oksigen. Tidak sehat sebetulnya itu harus dibersihkan. Keramba itu nggak bisa nggak, harus dibuang. Kemudian ada peternakan babi, buang limbah ke situ nggak boleh. Terus rumah hotel. Karena kalau nggak, itu danau habis dan tujuan pariwisata tak tercapai," jelasnya.
Selain itu, kerusakan juga terjadi pada hutan. Luhut bilang, banyak pohon yang ditebang di sekitar Danau Toba.
Danau Toba memang selalu punya kisah. KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Senin (18/6/2018), hingga kini tidak jelas.
Pencarian dan evakuasi kepada 164 korban terpaksa dihentikan karena para korban diperkirakan berada pada kedalaman lebih dari 450 meter yang sulit dijangkau. Mereka diikhlaskan tetap berada di dasar danau.
Saat tenggelam, KM Sinar Bangun diperkirakan membawa sekitar 200 penumpang dan puluhan sepeda motor. Dari jumlah itu, baru 24 orang yang ikut dalam kapal telah ditemukan.
Dari jumlah itu, 21 orang dinyatakan selamat, termasuk seorang nakhoda dan 2 ABK.
Sementara 3 penumpang ditemukan meninggal dunia. Dari pendataan yang dilakukan, Basarnas menyatakan terdapat 164 yang hilang bersama kapal karam itu.