Sabtu,  20 April 2024

Ngeri Banget, Tanah Di Kawasan Halim Ternyata Lapuk 

NS/RN
Ngeri Banget, Tanah Di Kawasan Halim Ternyata Lapuk 

RN - Kawasan Halim, Jakarta Timur ternyata memiliki tanah yang lapuk. Di kawasan tersebut struktur tanahnya terjadi penurunan. 

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar mengatakan, Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur akan ditutup mulai 1 Januari 2022.

Fadjar menyebut, penutupan itu terkait pelaksanaan revitalisasi bandara sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi).

BERITA TERKAIT :
Tiket Pesawat Naik Dan Bikin Pusing Pemudik, Menhub Kasih Warning Sanksi Ke Maskapai 
AS Pamer Pesawat Tempur, China: Cuma Bikin Masalah 

Ia menjelaskan, alasan revitalisasi itu salah satunya menyangkut kualitas landasan pacu atau runway yang telah menurun. Hal tersebut, sambung dia, dirasakan oleh Jokowi saat akan melakukan tugas kenegaraan.

Oleh karena itu, Fadjar menyebut, Presiden langsung memerintahkan untuk merevitalisasi Bandara Halim Perdanakusuma, terutama pada bagian landasan pacu.

Dia mengungkapkan, kondisi landasan pacu di bandara tersebut pun sudah cukup tua. "Runway-nya memang sudah usia tua dan tanah di sekitar Halim ini sedikit lapuk. Saya kurang paham dengan tanah, tapi yang jelas terjadi penurunan, ada semacam air tanah dan sebagainya," jelas dia.

Akibatnya, jelas Fadjar, landasan pacu Bandara Halim Perdanakusuma sudah mendekati ambang batas aman. Hal itu, lanjut dia, sebenarnya telah diketahui sejak dua tahun lalu, tepatnya pada 2019. 

Selain melakukan revitalisasi, Fadjar mengatakan, pihaknya juga akan memperluas military apron, serta renovasi gedung VIP dan terminal. Sehingga beberapa satuan TNI AU yang berada di Halim bakal dipindahkan untuk sementara.

Diketahui, Kementerian Perhubungan berencana merevitalisasi Bandar Udara Halim Perdanakusuma (HLP) Jakarta, guna meningkatkan faktor keselamatan penerbangan. Hal ini dilakukan mengingat Bandara Halim punya fungsi yang vital, namun terjadi penurunan kualitas elemen bandara terutama, runway.

Sejak Era Belanda 

Bandara Udara Halim Perdanakusuma sudah ada sejak tahun 1928. Saat itu nama awalnya adalah Bandara Cililitan. 

Sesuai dengan lokasi Cililitan yang berdekatan dengannya.

Bandara ini pertama kali digunakan oleh maskapai milik kolonial Belanda di Indonesia dengan rute penerbangan pertama dilakukan ke Batavia - Bandung, Batavia - Semarang yang dilakukan pada 1 november 1928.

Pada tanggal 17 Agustus 1952, lapangan terbang ini berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengenang almarhum Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.

Awal mulanya, Bandar Udara Halim Perdanakusuma menjadi bandara yang hanya melayani penerbangan VVIP dan charter flight. Namun, sejak 10 Januari 2014, bandara ini beroperasi sementara menjadi bandara komersial mulai untuk membantu penerbangan dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang cukup padat.

Selain sebagai pangkalan militer, Halim juga berfungsi sebagai bandar udara sipil utama di Jakarta bersamaan dengan bandara Kemayoran. Pada tahun 1974, bandara ini harus membagi penerbangan internasional dengan bandara Kemayoran dikarenakan padatnya jadwal dan rute penerbangan Halim.

Kala itu, Bandar Udara Halim juga sempat ditunjuk menggantikan peranan Bandara Kemayoran yang semakin padat. Namun, pemerintah memiliki solusi lain untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan membangun sebuah bandar udara baru di daerah Cengkareng.

Kelak bandar udara tersebut dinamakan Bandara Seokarno-Hatta. Setelah Kemayoran ditutup, Bandar Udara Halim Perdanakusuma mulai mengurangi jadwal penerbangan sipil untuk berfokus guna kepentingan militer.

Sejak tahun 2013 Bandar Udara Halim Perdanakusuma juga melayani penerbangan haji yang dialihkan dari Bandara Soekarno - Hatta akibat dari revitalisasi yang sedang dilakukan bandara tersebut.

Adanya Bandar Udara Halim Perdanakusuma sangat membantu baik untuk pertahanan negara atau untuk penerbangan pribadi maupun komersil. Bandara ini juga dikelola langsung oleh pihak Angkasa Pura dan Angkatan Udara Indonesia.