RN - Presiden Rusia Vladimir Putin tak bisa digertak. Saat Rusia dikeroyok Uni Eropa, dia malah balik menggertak dan sudah menyiapkan senjata nuklir.
Sementara Amerika Serikat (AS) mengecam keras langkah Presiden Rusia Vladimir Putin yang menempatkan pasukan nuklir negaranya dalam siaga tinggi. Ditegaskan AS bahwa langkah semacam itu berbahaya dan tidak bisa diterima.
Seperti dilansir Reuters, dalam mengeluarkan perintah untuk mempersiapkan senjata nuklir Rusia, Putin menyebut adanya 'pernyataan agresif' dari negara-negara NATO dan sanksi yang meluas dari negara-negara Barat, yang disebutnya 'ilegal'.
BERITA TERKAIT :Trump Siap Bicara Dengan Putin, Eropa & Ukraina Bisa Berdebar
Bantuan Duit Perang Dari AS Ke Israel & Ukraina Bikin Kusut Dunia
Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Linda Thomas-Greenfield, menuturkan kepada program televisi CBS 'Face the Nation' bahwa tindakan Putin itu semakin meningkatkan konflik dan 'tidak bisa diterima'.
Di Pentagon, seorang pejabat senior pertahanan AS yang enggan disebut namanya menyatakan perintah nuklir Putin sebagai eskalasi konflik dan menilai Putin 'memainkan kekuatan yang, jika terjadi miskalkulasi, bisa membuat segalanya jauh lebih berbahaya'.
Menurut pejabat itu, AS masih berupaya memahami perintah nuklir Putin 'secara nyata'.
Sementara berbicara kepada program CNN 'State of the Union', Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menyebut perintah nuklir Putin 'agresif' dan 'tidak bertanggung jawab'.
Sebelumnya, Putin yang menyebut invasi Rusia ke Ukraina sebagai 'operasi khusus', memicu kekhawatiran baru ketika memerintahkan 'pasukan pencegah
Rusia Dikeroyok
Akhirnya Presiden Rusia Vladimir Putin dikeroyok. Tapi, Putin bukanlah pemimpin yang lemah, dia tetap maju terus.
Dilansir dari BBC, Minggu (27/2/2022), Putin dikabarkan berbicara dengan sejumlah pejabat tinggi militer Rusia mengenai peningkatan status nuklir tersebut, termasuk Menteri Pertahanan Sergei Shoigu.
Pasalnya, Rusia menilai negara-negara Barat memberi sanksi yang tidak sah dan memberi tindakan yang tak menyenangkan.
Sementara itu, CNN melaporkan Putin mengatakan pejabat negara NATO membuat komentar yang dianggap menyerang Rusia. Maka dari itu, kesiagaan serangan nuklir ditingkatkan.
"Pejabat tinggi di negara-negara NATO terkemuka telah membiarkan diri mereka membuat komentar agresif tentang negara kami. Oleh karena itu saya dengan ini memerintahkan menteri Pertahanan dan kepala Staf Umum (RF Armed Forces) untuk menempatkan Russian Army Detterrence Force dalam siaga tempur," ujar Putin dalam siaran televisi.
Diketahui, Perwakilan tinggi Uni Eropa (UE) untuk urusan luar negeri Josep Borrell telah mengungkapkan pihaknya mengirimkan bantuan sebesar 450 juta euro (Rp7 triliun) untuk Ukraina yang mencakup jet tempur, dengan semua senjata yang dikirim melalui Polandia.
Borrell juga mengatakan sekitar setengah dari cadangan bank sentral Rusia akan dibekukan.
Bicara jam setelah Presiden Komisi UE Ursula Von Der Leyen mengumumkan bahwa Blok akan "membiayai pembelian dan penyampaian senjata dan peralatan lainnya" untuk Ukraina, Borrell mengungkapkan bahwa paket "Lethal Aid" UE akan berjumlah 450 juta euro. 50 juta euro (Rp802 miliar) diantaranya digunakan untuk bahan bakar dan persediaan medis.
"Tentu saja, kita akan memasok senjata. Kita bahkan akan menyediakan jet pertempuran," terangnya kepada wartawan.
Borrell menambahkan bahwa Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba telah meminta jet tempur yang dapat dioperasikan oleh pilot Ukraina, dan jet tersebut dapat diperoleh dari negara-negara UE tertentu. Angkatan Udara Ukraina menggunakan jet MIG-29 dan Sukhoi Su-24 yang dirancang Soviet, Su-27 dalam peran tempur, dan dengan Su-25 yang digunakan oleh Bulgaria dan MiG-29 yang digunakan oleh Polandia, Bulgaria dan Slovakia, jet kemungkinan akan bersumber dari negara-negara ini.
Borrell mengatakan bahwa bantuan militer akan dikirim ke Ukraina melalui Polandia, meskipun ia tidak menentukan apakah jet akan diterbangkan ke Ukraina atau didorong melintasi perbatasan.
Diplomat puncak UE juga mengumumkan bahwa sanksi keuangan diberlakukan. Langkah blok ini belum pernah terjadi sebelumnya. Keputusan ini terjadi empat hari setelah erangan militer Rusia di Ukraina, yang diluncurkan setelah berbulan-bulan negosiasi dengan Barat atas aspirasi keanggotaan NATO Kiev gagal.
Rusia telah lama mempertimbangkan gagasan Ukraina yang bergabung dengan aliansi risiko keamanan yang tidak dapat diterima, namun para pemimpin di Kiev, Washington, dan Brussel menolak untuk mengesampingkan keanggotaan untuk Ukraina dalam pakta era perang dingin.
Delegasi dari Ukraina dan Rusia berencana untuk bertemu di Belarusia pada Senin (28/2) waktu setempat untuk negosiasi tentatif.