RN - Nasib warga muslim di India tragis. Mereka sering kali bentrok.
Diketahui, warga Muslim bentrok dengan komunitas Hindu di Jodhpur, ibu kota negara bagian Rajasthan di India bagian utara, sejak Senin (2/5). Hal itu direspons dengan pemberlakuan jam malam dan pemutusan jaringan internet serta penangkapan setidaknya 97 orang.
Dikutip dari Al Jazeera, bentrokan itu terjadi saat momentum keagamaan untuk kedua komunitas; muslim menandai akhir bulan Ramadhan dan lebaran, dan umat Hindu merayakan festival Parshuram Jayanti atau peringatan kelahiran Dewa Parshuram, Senin (2/5).
BERITA TERKAIT :Kurang 160 Ribu Dokter Spesialis, Prabowo Minta India Bantu Indonesia
Baku Hantam Antar Ormas Di Muncul Tangsel, Ada Posko Terbakar
Masing-masing pihak ingin mengibarkan bendera yang merepresentasikan agamanya di daerah yang sama, terutama di Gerbang Jalori Jodhpur.
"Polisi berusaha membubarkan massa dengan menggunakan pentungan dan gas air mata. Massa kemudian menyerang sebuah pos polisi dan melukai empat petugas," dikutip dari Al Jazeera.
Pada malam harinya, situasi disebut sudah kondusif, dengan salat Idul Fitri pada Selasa (3/5) berjalan dengan damai. Namun, bentrokan kedua pihak kembali meletus setidaknya di lima wilayah berbeda di Gerbang Jalori.
Bentrokan itu disikapi dengan pengerahan polisi dalam jumlah besar di area Gerbang Jalori, Jodhpur, menyusul lebih banyak pertempuran antara kedua kelompok.
Dikutip dari Reuters, polisi menggunakan pentungan untuk membubarkan massa saat itu. Massa tampak saling mengejar dengan polisi yang berupaya melerai bentrokan dan mengusir warga yang mendekat.
Ketua Menteri (semacam Gubernur negara bagian) Rajasthan Ashok Gehlot telah mengirim pejabat seniornya ke daerah itu untuk memastikan agar kekerasan tidak meningkat. Ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga perdamaian.
Dikutip dari Indian Express, jam malam diberlakukan di 10 area kantor polisi Jodhpur dan layanan internet seluler diputus pada Selasa (3/5).
Polisi pun mengatakan 97 orang telah ditangkap sejauh ini terkait dengan bentrokan tersebut.
Sentimen dan serangan terhadap Muslim melonjak di seluruh India pada bulan lalu, termasuk pelemparan batu antara kelompok Hindu dan Muslim selama prosesi keagamaan dan penghancuran sejumlah properti yang sebagian besar milik Muslim oleh pihak berwenang.
Komunitas Muslim sendiri merupakan minoritas dengan proporsi 14 persen dari 1,4 miliar penduduk India.
Beberapa pemimpin Partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata yang berkuasa di India disebut diam-diam mendukung kekerasan tersebut. Sementara, Perdana Menteri Narendra Modi sejauh ini bungkam tentang hal itu.
Tak ketinggalan, kebijakan bias pun mengemuka. Misalnya, negara bagian Maharashtra, yang menjadi lokasi pusat keuangan India Mumbai, memberikan tenggat waktu 4 Mei kepada masjid-masjid untuk melepas pengeras suaranya karena menganggap azan sebagai polusi suara.