Sabtu,  20 April 2024

Usul Makan Sagu, Mentan Syahrul Terkesan Lepas Tangan Nasib Petani

Tori
Usul Makan Sagu, Mentan Syahrul Terkesan Lepas Tangan Nasib Petani

RN  - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menganjurkan masyarakat makan sagu sebagi subsitusi dari konsumsi beras.

Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menilai, anjuran semacam itu tidak menyelesaikan masalah.

"Sebagai respons atas terus meningkatnya harga beras walaupun stok cukup, menurut saya, tidak bisa hanya menganjurkan substitusi pangan pokok seperti beras untuk pindah ke sagu," kata Johan, dikutip hari ini.

BERITA TERKAIT :
Eks Mentan Emosi, Gara-Gara Mantan Ajudan Sebut Duit Hasil Peras Pejabat Kementan Untuk Renovasi Rumah
Korek Duit Korupsi Eks Mentan SYL Ke NasDem, Sahroni Bolak-Balik Ke KPK

Menurutnya, anjuran tersebut tidak solutif mengingat urusan beras ini sensitif dan menyangkut kebiasaan konsumsi turun-temurun.

"Jadi, pemerintah jangan terlalu menunjukkan kegagalannya dalam mengelola persoalan harga beras saat ini dengan anjuran seperti itu,” tegas Johan.

Politisi PKS ini menegaskan bahwa seorang mentan bertanggung jawab penuh untuk membela kepentingan petani dalam urusan kegiatan pertanian.

"Harusnya, ada kebijakan pertanian yang membela kepentingan petani agar situasi terus meroketnya harga beras juga berdampak memberi keuntungan kepada petani," terangnya.

"Namun yang terjadi malah sebaliknya, petani kita tidak menikmati kenaikan harga beras," imbuhnya.

Johan juga menilai potensi sagu di tanah air juga belum dikembangkan dengan baik. Padahal, kebutuhan terhadap sagu juga terus meningkat setiap tahun.

“Hal ini menjadi tantangan Kementan ya, untuk menjadikan sagu bisa mendukung program pangan alternatif dengan mengembangkan potensi lokal agar menjadi kekuatan pangan lokal, yang tentunya tidak bisa secara tiba-tiba mampu mensubstitusi posisi beras sebagai pangan pokok strategis di tanah air”, tambahnya lagi.

Wakil rakyat dari Dapil NTB 1 ini berharap pemerintah lebih serius mengelola pasar besar di tanah air. Sebab, menurut Johan, pasar beras adalah pasar yang sensitif terhadap perubahan, termasuk ancaman krisis pangan global menjadi faktor pendorong fluktuasi harga beras.

“Saya minta pemerintah segera memperkuat koordinasi dan segera menanggalkan ego sectoral untuk menjaga kestabilan harga beras dan tidak sepenuhnya menyerahkan kepada mekanisme pasar,” tegasnya.

Terakhir, dia juga meminta mentan untuk bekerja lebih kuat terutama menjaga manajemen stok beras dan distribusi beras dari daerah surplus ke daerah minus.

“Saya mengingatkan pemerintah agar gejolak harga beras ini jangan sampai berkepanjangan karena akan berpengaruh pada terganggunya stabilitas nasional. Jangan hanya terpaku pada stok yang cukup, tetapi gagal menjaga stabilitas harga yang akan berdampak pada kondisi masyarakat yang semakin terpuruk,” pungkas Johan.

#mentan   #beras   #sagu